Kontroversi Ritual Sapi Merah di Israel: Simbol Iman atau Ancaman Geopolitik?
“Yang hanya tinggal mereka (kalangan Yahudi) lakukan adalah menyembelih sapi merah yang diimpor dari AS. Jika mereka jadi melakukan itu, itu adalah sinyal dibangunnya kembali Kuil Ketiga,” ujar sebuah sumber di kalangan pejabat Otoritas Palestina yang biasa berkomunikasi dengan Hamas kepada Middle East Eye.
Pada Januari 2024, juru bicara saya militer Hamas, Abu Obaida, membuat pidato yang menandai 100 hari serangan 7 Oktober. Dalam pidatonya, ia menarik hubungan langsung antara keputusan Hamas menyerang Israel dan aktivitas importasi sapi merah demi kepentingan pembangunan Kuil Ketiga.
“(Aktivitas itu) menyerang perasaan bangsa Palestina,” kata Obaida.
Menurut Boruch Fishman, salah satu anggota garakan Kuil Ketiga, masih akan ada jeda yang panjang antara ritual pengorbanan sapi merah dan pembangunan Kuil Ketiga. Dia mengidentifikasi 13 masalah yang perlu dipecahkan sebelum pembangunan dimulai, termasuk legalisasi rencana pembangunan dari parlemen Israel, Knesset.
“Satu masalah utama adalah Waqf,” kata Fishman, merujuk kepada sebuah badan pengelola Al-Aqsa yang selama ini mendapatkan uang operasional dari Kerajaan Yordania.
“Saya pikir mereka (Waqf) tidak akan menyerahkan (Al-Aqsa) begitu saja,” kata Fishman, menambahkan.
Menurut Fishman, langkah kecil harus diambil Israel untuk bisa mengamankan hak kehadiran umat Yahudi di Bukit Bait Suci. Ide berbagi tempat di kompleks Al-Aqsa pun diwacanakan.
“Yang kami butuhkan hanyalah altar kecil,” kata Fishman.
Merespons Fishman, juru bicara Waqf, Firas al-Debs bergeming. “Biarkan mereka bicara apa saja yang mereka inginkan di konferensi itu. Waqf dalam berbagai pernyataan selalu menekankan, kompleks Masjid Al-Aqsa hanya untuk umat Muslim dan tidak menerima kerja sama atau pembagian wilayah (dengan Yahudi),” tegas Firas.