Netanyahu Stres Berat dan Salah Perhitungan Lawan Hamas di Gaza
“Menjadi kepentingan kami untuk dapat mempertahankan diri dengan cara yang berbeda dibandingkan sebelum serangan 7 Oktober. Tapi untuk menguasai Gaza lagi? Tidak,” ujar Olmert dalam wawancara tersebut.
Dalam wawancara dengan Politico, Olmert memperingatkan bahwa kesabaran sekutu-sekutu Barat terhadap Israel semakin menipis karena kegagalan Netanyahu dan jajaran menterinya untuk menguraikan rencana realistis bagi pemerintah Gaza pasca-Hamas.
“Ada banyak hal yang bisa kita lakukan, tapi kita tidak bisa melakukan semua hal yang kita inginkan,” ucap Olmert mengingatkan.
Dia juga mengeluhkan kurangnya pemikiran yang bijaksana dalam kabinet perang Israel saat ini.
Sementara itu, angka dukungan untuk Netanyahu mencapai titik terendah sejak serangan Hamas terjadi. Jajak pendapat pada pertengahan Oktober menunjukkan bahwa warga Israel meyakini kegagalan mencegah serangan itu memperlihatkan ‘bencana kepemimpinan’, dengan dua pertiga responden menginginkan siapa pun selain Netanyahu untuk menjadi PM selanjutnya di negara Yahudi tersebut.
Dalam survei lainnya, sebanyak 44 persen responden menilai Netanyahu bertanggung jawab atas serangan Hamas.
Sebanyak 76 persen responden menginginkan Netanyahu mundur dari jabatannya, sedangkan hanya 18 persen responden yang berpendapat dia tidak harus mundur.
Surat kabar Israel yang dikenal pro-Netanyahu, Israel Hayom, bahkan menyerukan PM Israel itu mundur dari jabatannya pada Rabu (8/11) ini.
“Ambillah tanggung jawab dan terimalah bahwa tanggung jawab ada di tangan Anda,” tulis Israel Hayom dalam seruannya. (IA/Al Jazeera)