Infoaceh.net

Portal Berita dan Informasi Aceh

Palestina Terus Digempur Israel: Di Mana Negara-negara Arab?

JAKARTA — Di tengah gempuran Israel, Palestina berseru meminta bantuan. Di hadapan anggota Organisasi Kerja Sama Islam, Palestina mempertanyakan komitmen negara-negara Arab, terutama yang baru saja menormalisasi hubungan dengan Israel.

“Normalisasi dan masuk ke dalam sistem kolonial Israel sebelum mencapai perdamaian dan penghentian okupasi Israel atas tanah Arab dan Palestina berarti mendukung rezim apartheid dan berpartisipasi dalam kejahatan mereka,” ujar Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Maliki.

Ia kemudian berkata, “Okupasi kolonial ini harus dilawan, dihancurkan, diakhiri, dan dilarang. Percepatan normalisasi belakangan ini tak akan berdampak pada sentimen terhadap dunia Arab.”

Pengamat hubungan internasional dari The Habibie Center, Ibrahim Almuttaqi, menilai normalisasi ini memang hanya menguntungkan Israel.

“Perjanjian ini akan lebih menguntungkan Israel daripada negara-negara Arab. Israel telah memenangkan status tertinggi (atas) pengakuan internasional oleh (negara) tetangga Arab-nya,” kata Ibrahim kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Sejumlah pengamat pun menganggap pernyataan Maliki tersebut sebagai cerminan rasa frustrasi Palestina yang seolah “ditinggal” negara-negara Arab kala Jalur Gaza terus dibombardir oleh Israel hingga lebih dari 200 nyawa melayang.

Mesir dan Yordania sebagai negara Arab yang sudah sejak lama menormalisasi hubungan dengan Israel, memang menyatakan bahwa mereka akan membantu proses negosiasi, tapi belum ada bentuk konkritnya hingga kini.

Sementara itu, sejumlah negara Arab lainnya “irit” bicara, terutama mereka yang baru saja menormalisasi hubungan dengan Israel, yaitu Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan.

Seorang ahli politik dari UEA, Abdulkhaleq Abdulla, mengatakan bahwa Israel memang membuat negara-negara yang baru saja menormalisasi hubungan terjerumus dalam posisi canggung.

“Israel sekarang ini membuat teman dan rekan-rekannya, termasuk UAE, di posisi sulit; posisi canggung. Saya rasa posisi ini akan membuat kami kembali ke titik nol,” ujar Abdulla kepada The Wall Street Journal.

Posisi canggung ini mengimpit keempat negara tersebut dalam perpecahan di dalam negerinya sendiri. Di Bahrain, warga menggelar aksi simpati untuk Palestina.

Sementara itu di Uni Emirat Arab, masyarakat terbelah dua. Sebagian warga masih menyuarakan dukungan terhadap Palestina, tapi ada pula yang membela pemerintahnya untuk mendukung Israel karena menganggap Hamas sebagai penghancur.

“Hamas meluncurkan roket dari kawasan warga sipil dan ketika balasan datang, Hamas bertanya, ‘Di mana negara Arab dan Muslim?’ Kalian yang membuat Gaza menjadi kuburan massal bagi warga tak bersalah dan anak-anak,” ujar seorang tokoh Muslim di UEA, Waseem Yousef, melalui Twitter.

Direktur Council for Arab-British Understanding (CAABU), Chris Doyle, menganggap bahwa UEA sebenarnya bisa saja membuat pernyataan membela Palestina tanpa terdengar mendukung Hamas, tapi mereka tak melakukannya.

“Ini memberikan sinyal bahwa pemimpin UEA tak akan mengubah aliansinya dengan Israel, yang dianggap akan berharga bagi rencana mereka ke depan; termasuk melawan Iran, Turki, dan Muslim Brotherhood,” tutur Doyle kepada The Guardian.

Belum lagi, UEA dan sejumlah negara Arab lainnya kini sedang menjajaki kerja sama investasi dengan Israel yang mencakup sektor pariwisata, energi, hingga teknologi.

Melihat sikap pemerintah ini, tanda pagar #PalestineIsNotMyCause semakin menggema di jagat maya sejumlah negara-negara Teluk.

Tagar ini sebenarnya sudah muncul sejak akhir April lalu. Saat itu, sejumlah analis politik Palestina menduga Arab Saudi menjadi dalang di balik penyebaran tagar tersebut.

“Tak diragukan lagi, beberapa orang dari Arab Saudi ada di balik kampanye ini. Jelas mereka menerima bantuan dari aktivis Israel,” ujar seorang analis politik Palestina di Ramallah kepada The Jerusalem Post.

Belakangan, Saudi juga dilaporkan bakal mengikuti jejak UEA untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Dugaan ini kian kuat setelah Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, secara diam-diam bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, akhir tahun lalu.

Di Mana Arab Saudi?

Meski demikian, sejumlah pengamat menganggap Saudi masih menjaga jarak aman dengan Israel, terutama karena warganya yang konservatif.
“Arab Saudi tetap merupakan (negara dengan) masyarakat yang sangat konservatif dan legitimasi pemerintah terletak pada statusnya sebagai pembela Islam, termasuk perjuangan Palestina,” ujar Ibrahim.

Ibrahim kemudian berkata, “Jika Arab Saudi meninggalkan Palestina, kita mungkin melihat Iran menjadi lebih berpengaruh dalam masalah ini, dan ini adalah sesuatu yang ingin dihindari oleh Arab Saudi.”

Dalam pertemuan OKI pada Minggu (16/5) pun Saudi mengecam sikap Israel, meski tak menyebut langsung serangan udara di Jalur Gaza.

Peneliti dari badan think tank Inggris, Chatham House, Neil Quilliam, menganggap situasi sekarang ini dapat menjadi momen bagi Saudi untuk memikirkan ulang rencana normalisasi hubungan tersebut.

Quilliam mengatakan kepada Reuters bahwa Saudi setidaknya bisa menunda proses tersebut hingga beberapa tahun ke depan.

Seorang warga Saudi, Abdulrahman al-Towajry, mengatakan kepada Reuters bahwa ia berharap pemerintahnya benar-benar memikirkan ulang rencana normalisasi hubungan dengan Israel.

Ia pun mengkritik UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko yang menyatakan bahwa normalisasi itu dapat membuat mereka lebih leluasa berdiskusi dengan Israel dan pada akhirnya berujung ke kemerdekaan Palestina. Namun menurut al-Towajry, Israel sangat tak bisa dipercaya.

“Ada kekuatan dalam persatuan, maka jika negara-negara Arab dan Muslim bersatu, konflik ini akan berakhir. Sebenarnya semua ini sudah bisa berakhir sejak dulu jika mereka bersatu,” tutur al-Towajry.

Senada dengan al-Towajry, profesor ilmu politik Teluk dari Universitas Waterloo, Bessma Momani, juga menganggap negara-negara Arab jelas tak dapat menahan Israel dengan menormalisasi hubungan.

“Ini merupakan momen memalukan bagi negara-negara Teluk. Mereka jelas tak dapat mencegah Israel menyerang Gaza. Saya rasa mereka tak punya pengaruh apapun terhadap politik Israel sekarang ini,” ucap Momani kepada NPR.

Ia kemudian berkata, “Menurut saya, ini membuat mereka terlihat lemah di hadapan publik. Sudah pasti, mereka memberikan kesepakatan normalisasi untuk Israel, tapi tak mendapatkan apapun untuk warga Palestina.” (IA)

author avatar
Redaksi
Redaksi INFOACEH.net

Lainnya

Penipuan mengatasnamakan istri Gubernur Aceh di sosial media Facebook dengan akun bernama Marlinaa Usman. (Foto: Ist)
Warga yang belanja pada Gerakan Pangan Murah (GPM) membawa pulang beras yang dibeli di halaman Kantor Camat Darul Imarah, Selasa (22/7). (Foto: Ist)
Sejumlah pohon besar dan ranting tua di Banda Aceh dilaporkan patah dan tumbang, menutup badan jalan, menghambat lalu lintas, serta membahayakan keselamatan pengguna jalan akibat angin kencang.
Wagub Aceh, Fadhlullah penandatanganan kerja sama antara Kemenristek Dikti dan pemerintah daerah di Kemenristek, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 22 Juli 2025. (Foto: Humas BPPA)
Wali Kota Sabang Zulkifli H Adam saat bersama Direktur RSUD Sabang dr Cut Meutia Aisywani, SpA (kanan)
MTsN 1 Model Banda Aceh menyalurkan santunan kepada anak-anak yatim dalam kegiatan bertajuk "Lebaran Yatim", Senin (21/7). (Foto: Ist)
Dinas Sosial Banda Aceh menyerahkan bantuan masa panik untuk korban angin kencang pada dua gampong di Kota Banda Aceh. (Foto: Ist)
Keluarga besar Kejati Aceh, Selasa (22/7) menggelar syukuran sederhana dalam memperingati Hari Bhakti Adhyaksa (HBA) ke-65 tahun 2025 di aula rapat lantai 2 Kejati setempat. (Foto: Ist)
Tiga Polwan terbaik Polda Aceh berhasil meraih juara II kategori Presisi Beregu Polwan Kapolri Cup 2025 yang digelar di Lapangan Tembak Presisi Hoegeng Iman Santoso, Mako Korbrimob Polri Kelapadua, Cimanggis, Depok.
Pangdam IM Mayjen TNI Niko Fahrizal memimpin apel gelar Batalyon Komposit Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (PRCPB) di lapangan Blang Padang Banda Aceh, Selasa (22/7). (Foto: Ist)
Wakil Rektor I USK Prof Dr Ir Marwan
DPD Partai Gerindra Aceh, Selasa (22/7), menerima kunjungan istimewa Pimpinan Perwakilan Parti Islam Se-Malaysia (PAS) Selangor beserta rombongan. (Foto: Infoaceh.net/Fauzan)
Wali Kota Sabang Zulkifli H Adam bertemu jajaran PWI Kota Sabang, Selasa, 22 Juli 2025 di ruang rapat lantai III Sekretariat Daerah Kota Sabang. (Foto: Ist)
645 peserta ikut ujian jalur mandiri penerimaan mahasiswa baru dengan Sistem Seleksi Eleketronik Tahun 2025 di kampus UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Selasa (22/7). (Foto: Ist)
Kepala Bidang Fasilitas Bea dan Cukai Kanwil DJBC Aceh, Leni Rahmasari bersama Kepala Seksi Bimbingan Kepatuhan dan Humas, Muparrih saat berkunjung ke kantor redaksi media INFOACEH.NET di Jalan Prof Ali Hasjmy, Lamteh, Banda Aceh, Selasa (22/7). (Foto: Ist)
Fajri Bugak didampingi tim pemenangan, Suryadi, menyerahkan berkas pencalonan kepada ketua panitia pelaksana Konferensi VII PWI Bireuen tahun 2025, Akhyar Rizki, di kantor PWI setempat, Selasa sore (22/7).
MTsN 1 Banda Aceh meraih penghargaan Kinerja Sangat Baik dari Kementerian Keuangan RI, atas capaian nilai IKPA sebesar 99,35 Semester I tahun 2025.
Komisi IV DPRK Sabang mendesak Wali Kota Sabang segera melakukan perombakan total terhadap manajemen RSUD Sabang. (Foto: Ist)
Kanwil DJBC Aceh melaksanakan pemusnahan rokok ilegal hasil penindakan kepabeanan dan cukai pada Selasa, 22 Juli 2025, di Kantor Wilayah DJBC Aceh. (Foto: Ist)
Presiden Prabowo Subianto
Tutup
Enable Notifications OK No thanks