Pejuang Hamas Hebat, Tentara Penjajah Israel Gagal Tembus Gaza dan Banyak Mati
Pertempuran gaya gerilya ini telah memaksa Israel melakukan perang darat karena berupaya untuk menggulingkan kelompok perlawanan Palestina sepenuhnya.
Israel sering menggunakan angkatan udaranya yang kuat untuk menyerang tempat persembunyian Hamas.
Militer Israel pada Kamis (2/11/2023) mengatakan mereka telah kehilangan komandan batalion ke-53 dalam pertempuran tersebut, sehingga jumlah total tentara Israel yang tewas sejak mereka mengintensifkan serangan darat menjadi 18 orang.
Letnan Kolonel Salman Habaka, diyakini sebagai perwira Israel paling senior yang terbunuh sejak operasi darat dimulai pada akhir Oktober.
Israel mengklaim telah membunuh puluhan pejuang Palestina dalam serangan tersebut. Ketika jumlah korban bertambah, perang juga semakin dekat ke pusat populasi di bagian utara Gaza.
Israel telah memerintahkan warga sipil Gaza untuk mengungsi atau berisiko dianggap sebagai kaki tangan teroris.
Israel terus menggempur daerah tersebut dengan serangan udara. Pada saat yang sama para pejabat militer Israel mengatakan, mereka mengumpulkan banyak pasukan di gerbang Kota Gaza.
Pekan lalu, juru bicara militer Israel mengatakan pihaknya telah meningkatkan operasinya di Jalur Gaza untuk “mengurangi bahaya bagi pasukan kami pada tahap berikutnya”.
Pada Kamis (2/11) siang ini, tank dan pasukan Israel disebut mulai mendesak masuk menuju kota Gaza.
Namun serbuan Israel ini mendapat perlawanan sengit dari milisi Hamas yang menggunakan mortir dari terowongan.
“Kami berada di gerbang Kota Gaza,” kata komandan militer Israel, Brigadir Jenderal Itzik Cohen.
Menghadapi “kedatangan” Israel, pejuang Hamas dan pendukungnya Jihad Islam muncul dari terowongan untuk menembaki tank, kemudian menghilang kembali ke dalam terowongan.
“Mereka tidak pernah berhenti mengebom Kota Gaza sepanjang malam, rumah tidak pernah berhenti berguncang,” kata seorang warga di sana, dikutip Reuters.
Sadar akan kesulitan pertempuran di dekat kota, strategi Israel saat ini diduga dengan memusatkan kekuatan besar di Jalur Gaza utara, dibandingkan hanya melancarkan serangan darat ke seluruh wilayah. (IA)