‘Senjata’ Presiden Putin Ampuh! Eropa Tunduk?
JAKARTA — Presiden Rusia Vladimir Putin membalas rentetan sanksi terhadap negaranya dengan rencana menjual gas Rusia dalam Rubel. Bukan dengan Dollar Amerika Serikat (AS) atau Euro.
Pernyataan ini diutarakannya Rabu (23/3/2022) malam dalam pertemuan yang disiarkan televisi dengan para menteri tinggi pemerintah.
“Rusia akan terus, tentu saja, untuk memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga … tetap dalam kontrak yang disepakati sebelumnya,” tegas Putin, dikutip CNBC International, Kamis.
“Mata uang pembayaran … akan diubah ke Rubel Rusia.”
Keputusan ini diberlakukan untuk negara-negara yang tak bersahabat dengan Rusia termasuk anggota Uni Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat.
Sebelumnya, akibat serangan ke Ukraina, Moskow diberondong sanksi oleh Barat termasuk larangan masuk, pembekuan aset, pemutusan dari sistem pembayaran global dan larangan ekspor.
Putin mengatakan pemerintah dan bank sentral memiliki waktu satu minggu untuk menemukan solusi tentang bagaimana memindahkan operasi ini ke mata uang Rusia. Raksasa gas negara itu, Gazprom juga akan diperintahkan untuk membuat perubahan yang sesuai pada kontrak gas.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan bahwa permintaan Putin merupakan pelanggaran kontrak. Habeck mengatakan bahwa Berlin akan membahas tanggapan dengan mitra Eropa.
Sebagian besar transaksi komoditas global dibanderol dalam dolar dan pada sebagian kecil dengan euro. Transaksi perdagangan gas dari Rusia akan sulit jika rubel disahkan jadi mata uang yang berlaku.
Hal ini dipandang jadi kesempatan untuk peninjauan ulang bagi negara Uni Eropa untuk kontrak pembelian gas dengan Rusia.
“Bersikeras pada pembayaran rubel dapat memberi pembeli alasan untuk membuka kembali aspek lain dari kontrak mereka, seperti durasi dan hanya mempercepat keluarnya mereka dari gas Rusia sama sekali,” kata Vinicius Romano, analis senior di perusahaan konsultan Rystad Energy.
Secara garis besar, kebijakan Putin jadi pukulan lain bagi Eropa. Para pedagang akan lebih takut untuk membeli gas dari Rusia. Sebab saat ini Rusia sedang dikucilkan oleh keuangan dunia.