KH Imam Aziz Wafat, Tokoh Intelektual NU yang Menjembatani Pesantren dan Rakyat
Infoaceh.net – Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Tokoh intelektual Nahdlatul Ulama (NU) dan Ketua PBNU periode 2010–2021, KH Imam Aziz, berpulang ke rahmatullah pada Sabtu dini hari, 12 Juli 2025, pukul 00.46 WIB di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Kabar duka ini pertama kali dikonfirmasi oleh Ketua Lesbumi PBNU 2010–2015, Ngatawi Al-Zastrouw, yang mendapat informasi langsung dari Ahmad Munjid, salah seorang pendamping almarhum di rumah sakit.
Kabar wafatnya Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Cendekia itu juga dibenarkan oleh Wakil Ketua PCNU Sleman, Alfu Ni’am, serta Presiden Konfederasi Sarbumusi, Irham Ali Saifuddin. Suara Irham terdengar lirih menahan tangis saat menyampaikan bahwa informasi duka diperoleh langsung dari istri almarhum, Ning Rindang Farihah.
KH Imam Aziz, yang lahir di Pati, Jawa Tengah pada 29 Maret 1962, adalah putra dari KH Abdul Aziz Yasin, santri Kiai Ali Maksum Krapyak (Rais Aam PBNU 1981–1984).
Sejak muda, Imam Aziz dikenal sebagai salah satu tokoh sentral dalam gerakan kaum muda NU yang kritis namun tetap berakar kuat dalam tradisi pesantren. Ia dikenal aktif dalam forum-forum penting, seperti Mubes Warga NU di Cirebon (2004) dan Nahdliyin Crisis Center saat Muktamar NU di Boyolali.
Tak hanya dikenal sebagai ulama, Imam Aziz juga menjadi pelopor dalam gerakan sosial berbasis pesantren. Ia mendirikan organisasi Syarikat yang fokus pada advokasi rakyat berbasis kalangan santri. Ia juga termasuk salah seorang pendiri LKiS Yogyakarta yang berperan penting dalam kajian-kajian Islam progresif.
Saat menjabat di PBNU, KH Imam Aziz dikenal sebagai salah satu tokoh kunci dalam penerbitan Ensiklopedia NU (2014), serta menjadi Ketua Panitia dua perhelatan besar Nahdlatul Ulama: Muktamar ke-33 NU di Jombang (2015) dan Muktamar ke-34 di Lampung (2021). Perannya dianggap monumental dalam menjaga marwah keilmuan dan kultural NU di tengah dinamika zaman.
Kehilangan KH Imam Aziz bukan hanya kehilangan sosok pemimpin, tetapi juga kehilangan jembatan antara dunia pesantren dan masyarakat akar rumput.
Gagasan, semangat advokasi, serta ketekunannya membangun peradaban Islam Indonesia yang berkeadilan sosial akan terus dikenang dalam sejarah panjang NU dan umat Islam di tanah air.