Jakarta,Infoaceh.net – Suasana Sidang Kabinet Merah Putih di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025), mendadak jadi sorotan publik.
Bukan hanya karena dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo Subianto, melainkan lantaran munculnya momen janggal antara Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dan Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan.
Dalam potongan video yang beredar luas di media sosial, Selasa (21/10/2025), terlihat Purbaya duduk sendirian di barisan meja para menteri dengan ekspresi datar. Di sisi kanannya tampak Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani, sementara di sebelah kirinya terdapat bangku kosong bertuliskan “Seskab.”
Tak jauh dari kursi kosong itu, duduk Luhut Binsar Pandjaitan yang tampak sibuk berbincang serius dengan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. Sementara Purbaya hanya duduk tegak, tanpa banyak interaksi dengan siapa pun di sekitarnya.
Momen itu memunculkan kesan bahwa Luhut tengah mencueki Purbaya, terlebih keduanya diketahui belakangan kerap bersilang pendapat dalam sejumlah kebijakan ekonomi strategis.
Rekaman video tersebut cepat viral di media sosial, terutama di platform X dan TikTok. Banyak warganet menilai situasi itu sebagai potret dinginnya hubungan dua tokoh ekonomi penting pemerintahan Prabowo.
“Purbaya kelihatan tenang tapi seperti diabaikan. Luhut malah sibuk bicara ke kiri-kanan,” tulis salah satu pengguna X.
Isu renggangnya hubungan Luhut dan Purbaya bukan tanpa alasan. Dalam beberapa bulan terakhir, keduanya kerap berbeda pandangan dalam dua isu besar: utang proyek Kereta Cepat Whoosh dan rencana pendirian Family Office di Indonesia.
Luhut diketahui menjadi salah satu pengusul pembentukan Family Office — lembaga pengelolaan kekayaan global bagi para miliarder dunia yang diharapkan menanamkan modal di Indonesia.
Namun Purbaya menolak penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk proyek tersebut. “Kita harus pisahkan mana tanggung jawab swasta dan mana tanggung jawab pemerintah,” tegasnya dalam beberapa kesempatan.
Sikap serupa juga ditunjukkan Purbaya dalam menolak rencana penyelamatan utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh yang kini membengkak hingga Rp116 triliun.
Menurutnya, utang itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dan superholding BPI Danantara, yang memiliki dividen BUMN mencapai Rp80 triliun per tahun.
“Danantara sudah punya sumber dana sendiri. Jangan semua beban dibawa ke APBN,” ujar Purbaya tegas.
Sikap keras dan transparan Purbaya inilah yang disebut menjadi pemicu ketegangan dengan Luhut — sosok yang sebelumnya dikenal sebagai mentornya sejak era pemerintahan Jokowi.
Hubungan keduanya sejatinya sudah lama terjalin. Pada 2014, Purbaya menjabat Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis di Kantor Staf Presiden (KSP) ketika Luhut menjadi Kepala KSP.
Ketika Luhut dipindahkan ke Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Purbaya turut diboyong dan dipercaya sebagai Staf Khusus Bidang Ekonomi. Hubungan kerja itu berlanjut hingga Luhut menjabat Menko Kemaritiman dan Investasi.
Karena itu, publik menilai dinginnya interaksi keduanya dalam sidang kabinet kali ini menjadi simbol perubahan dinamika politik dan ekonomi di lingkaran dalam pemerintahan Prabowo.
Meski publik menilai sebaliknya, Purbaya membantah ada ketegangan antara dirinya dan Luhut.
“Hubungan saya dengan Pak Luhut baik-baik saja, nggak ada masalah,” kata Purbaya kepada wartawan.
Ia juga menjelaskan bahwa posisi kursinya memang agak jauh dari Luhut saat sidang berlangsung. “Kan jauh, beda beberapa kursi. Masa saya teriak ‘Pak Luhut, Pak Luhut,’ gitu,” ujarnya santai.
Namun begitu, publik tetap menilai momen “dingin” di Istana itu sebagai sinyal adanya pergeseran peta kekuatan ekonomi dalam kabinet Prabowo–Gibran — antara kubu teknokrat yang hati-hati dengan penggunaan APBN dan kelompok pragmatis yang ingin mempercepat investasi besar.