Menurut Listyo, tembakan dilepaskan untuk mencegah semakin banyak penonton turun ke lapangan.
“Ini mengakibatkan para penonton terutama di tribun kemudian panik merasa pedih dan kemudian berusaha segera meninggalkan arena,” katanya.
Hasil penyelidikan dan penyidikan terungkap bahwa lima pintu tribun tidak terbuka sebagaimana mestinya saat polisi menembakkan gas air mata. Masing-masing pintu keluar tribun 3, 11, 12, 13, dan 14.
Menurut Listyo, pintu tribun seharusnya dibuka lima menit jelang laga berakhir. Namun, kala itu tak ada penjagaan di sejumlah pintu keluar tribun. Walhasil, pintu tetap tidak terbuka lebar.
“Namun saat itu pintu dibuka namun tidak sepenuhnya hanya ukuran 1,5 meter dan penjaga pintu tidak berada di tempat,” katanya. (IA)