Mantan Pemain Timnas Rochy Putiray Kritik Kondisi PSSI dan Peran Asprov di Kongres Biasa 2025
Infoaceh.net –Mantan pemain Timnas Indonesia, Rochy Putiray, yang kini mewakili klub Waanal Brothers FC, memberikan refleksi sekaligus kritik dalam Kongres Biasa PSSI 2025 yang digelar di Jakarta, Rabu (4/6) malam.
Sebagai pendatang baru yang baru dua kali mewakili klub dalam kongres, Rochy mencoba mempelajari situasi dan berpikir positif terkait upaya PSSI mengubah Statuta tahun 2019. Salah satu agenda utama kongres adalah memperbaiki cara berorganisasi Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI.
“Yang saya sayangkan, setelah semua keputusan diambil, baru ada yang protes. Lalu ada beberapa pertanyaan yang saya pikir, kenapa orang selalu melihat sisi negatifnya?” ujar Rochy.
Ia menambahkan bahwa ia sebenarnya ingin berbicara, tapi mendapat nasihat dari manajernya agar tidak usah. “Kalau sekarang yang harus dilakukan adalah mengubah mindset pemain muda,” tegasnya.
Rochy menilai fokus utama PSSI, terutama Asprov, Asosiasi Kota (Askot), dan Asosiasi Kabupaten (Askab), haruslah pada pembinaan usia muda. “Semoga ke depan ketua PSSI, Erick Thohir, bisa menemukan solusi. Talenta kita banyak, tapi untuk mencapai level seperti pemain naturalisasi, kita belum mampu. Solusinya apa?” tuturnya.
Ia menegaskan masalah bukan terletak pada statuta, melainkan ketidakmampuan menghasilkan pemain lokal yang mampu bersaing seperti naturalisasi yang saat ini juga membawa darah Indonesia.
Dari pengalamannya mengikuti dua kali kongres tahunan PSSI, Rochy melihat kemajuan, tetapi juga menilai Asprov belum maksimal dalam menjalankan perannya. Sebagai contoh, PSSI menggelontorkan dana Rp500 juta per tahun kepada tiap Asprov untuk mengembangkan sepak bola daerah.
“Dana miliaran buat Asprov mengalir terus, tapi tidak dieksekusi dengan baik. Asprov dapat dana miliaran, tapi tidak bisa mengurus sepak bola di daerahnya,” kritik mantan pemain South China dan Kitchee FC ini.
Menurut Rochy, saat ini tidak ada Asprov yang aktif membuat kompetisi usia dini karena itu menjadi tugas Askot dan Askab.
Dalam pandangan Rochy, isi perubahan Statuta PSSI 2025 tidak terlalu krusial. Yang lebih penting adalah niat dan konsistensi menjalankan amanah statuta tersebut.
“Mau bagaimana pun isi Statuta PSSI 2025, kalau Asprov tidak menjalankan, mereka hanya membaca lalu menyimpannya. Mereka juga tidak membuat kegiatan,” ujarnya.
Ia meyakini jika Asprov benar-benar menjalankan program yang ada di statuta, tidak mungkin Timnas Indonesia hanya mengandalkan satu-dua pemain lokal sebagai starter, seperti saat ini yang hanya Rizky Ridho dan Marselino Ferdinan.
“Saya tidak mau ribet dengan peraturan, tapi orang bilang lihat hasil. Memang apa yang dilakukan Pak Erick sekarang di PSSI berhasil atau tidak?” tanya Rochy.
Ia juga mengingatkan, dalam kongres tahunan, selalu ada laporan program sebelumnya dan rencana program berikutnya, sehingga Asprov, Askot, dan Askab tidak mungkin tidak tahu.