Ayah dan Keteladanannya
“Ayah, jangan menangis. Banyak berdoa memohon kesembuhan pada Allah. Anak-anakmu Ikhlas menjagamu selama dalam perawatan di rumah sakit ini,” bisikku.
Ayahku orang kuat. Kuat dalam pendirian, perjuangan dan pengabdian. Kuat menata pendidikan anak-anaknya. Aku teringat saat akan berhenti sekolah setelah lulus SMP. Aku menyadari ketika itu ekonomi keluarga benar-benar sulit. Aku pamit kepadanya meminta izin bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Namun, orang tuaku kukuh pendirian. Dia tetap memaksaku untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. Ayah siap peras keringat banting tulang demi membiayai sekolahku.
Para tetangga dan anggota masyarakat juga mengakui bahwa ayah merupakan tokoh penting. Kiprah beliau tidak diragukan lagi. Meskipun hanya lulusan sekolah rakyat, beliau punya jiwa pengabdian tinggi di masyarakat.
“Sebaik-baik manusia adalah manusia yang berguna buat manusia lainnya,” tutur ayah.
Kini ayah masih tergolek lemas. Guratan di keningnya menjadi bukti bahwa beliau sering berpikir dan berbuat untuk kemaslahan umum. Otot-otot yang mulai timbul di lengannya menandakan ayah juga pekerja keras untuk menghidupi keluarga. Selain itu, ayah juga terkenal sebagai dermawan. Punya jiwa sosial yang tinggi.
“Ayah, semoga lekas sembuh. Masyarakat masih sangat mengharapkan tenaga dan pikiranmu. Ayah, anak-anakmu merindukan senyum dan nasihat-nasihatmu. Cepat sehat, ayah,” bisikku di telinga ayah.
Ayah tersenyum. Perlahan dia membuka kedua matanya. Bola matanya berputar mengamati sekeliling. Dia menatap wajahku dan wajah adik-adikku. Ayah mengangkat kepala kemudian duduk. Kedua tangannya tiba-tiba merangkul kami sembari membisikkan ucapan terima kasih. Ayah juga berpesan agar kami selalu rukun dengan saudara dan siapa pun. Satu lagi yang diapesankan agar kami selalu menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Lamongan, 19 Maret 2025
Ahmad Zaini, Ketua Lesbumi PCNU Babat dan guru SMKN 1 Lamongan.