Mungkin benar, sejarah telah menakdirkan Jokowi sebagai politisi dengan cacat bawaan yang lahir dari rahim demokrasi yang setengah matang, dibesarkan dalam budaya politik yang menganggap bohong sebagai keterampilan bertahan hidup.
Dengan ijazah yang diragukan saja ia bisa dua kali menjadi presiden, bayangkan jika ijazahnya benar-benar asli?
Mungkin negeri ini sudah terlalu kecil untuk menampung ambisinya.
Karena itu, boleh jadi kita patut bersyukur kepada Tuhan bahwa Jokowi hanya ditakdirkan dengan ijazah yang selalu diperdebatkan.
Sebab jika ia dibekali ijazah yang benar-benar sahih, mungkin kita sudah melihat republik ini bukan sekadar bergetar, melainkan luluh lantak.