Komunikasi Publik Umpama Pedang Bermata Dua: Bisa Bangun atau Hancurkan Aceh
Oleh: Drs. M. Isa Alima*
“Apa warisan yang ingin Anda tinggalkan untuk Aceh? Pembangunan atau kehancuran?”
Pertanyaan ini layak dilontarkan kepada para pemangku kepentingan, tokoh adat, tokoh masyarakat, akademisi dan para pejabat bublik serta politisi senior di Aceh.
Hal ini mengingat bahwa kualitas komunikasi publik dapat menjadi kunci kemajuan, namun juga bisa menjadi pemicu konflik dan perpecahan.
Komunikasi publik adalah pedang bermata dua. Jika digunakan dengan bijak, dapat membangun jembatan persatuan dan mendorong pembangunan. Namun, jika digunakan dengan sembrono, dapat merusak reputasi Aceh dan menghambat kemajuan.
Maraknya penggunaan media sosial sebagai arena saling serang dan penyebaran informasi yang tidak akurat mendapat sorotan.
Para publik figur diingatkan untuk lebih bertanggung jawab dalam berkomunikasi di ruang publik.
Jangan biarkan media sosial menjadi ajang untuk saling menyalahkan, menyebarkan fitnah, atau memprovokasi kebencian. Sebagai pemimpin, kita harus memberikan contoh yang baik dalam berkomunikasi.
Para pemangku kepentingan dan segenap para tokoh-toloh dalam berbagai disiplin ilmu diajak untuk lebih fokus pada solusi dan menghindari segala bentuk retorika yang kontraproduktif.
Ia mendorong mereka membangun dialog yang konstruktif dengan masyarakat, serta mendengarkan aspirasi dan keluhan mereka.
Perlu lebih fokus pada mencari solusi untuk masalah-masalah yang dihadapi Aceh, daripada saling menyalahkan atau mencari popularitas murahan. Mari kita bangun Aceh dengan kerja keras, bukan dengan kata-kata manis.
Diharapkan para pemangku kepentingan, pejabat publik, publik figur dan tokoh akademisi serta para tokoh politik senior, orang dapat menyadari betapa pentingnya menjaga komunikasi publik yang sehat dan produktif.
Perlu diingatkan bahwa warisan terbaik yang dapat ditinggalkan untuk Aceh adalah komunikasi yang santun, jujur, dan bertanggung jawab, yang menjadi fondasi bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Mari kita jaga lisan, jaga reputasi Aceh! Jangan biarkan komunikasi publik menjadi arena saling serang yang merugikan kita semua. Dengan komunikasi yang baik, kita dapat membangun Aceh yang lebih maju, sejahtera, dan bermartabat
Kasih Komentar