Memahami Pemikiran Harun Nasution tentang Produktivitas dan Konsep Takdir yang Mirip Mu’tazilah
Paham pertama dikenal dengan filsafat fatalisme atau Jabariyah, sedangkan paham kedua disebut Qadariyah atau kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan.
Konsep Teologi Harun Nasution dalam memahami Takdir ini tampaknya berbeda dengan pemikiran teologi yang berkembang dalam masyarakat Indonesia yang umumnya menganut teologi Asy’ariyah.
Harun Nasution sangat menekankan pentingnya teologi yang bebas dan rasional, yaitu teologi yang memberikan implikasi langsung pada kehidupan sosial.
Menurutnya, paham Asy‘ariyah yang mengupayakan paham jabariyah cenderung membuat umat islam menjadi fatalis.
Berbeda dengan paham Mu’tazilah yang meniscayakan Qadariyah mengajarkan umat Islam untuk selalu berusaha mencapai kemajuan.
Dalam hal teologi, khusunya permasalahan takdir, sosok Harun Nasution di mata penulis itu ‘ibarat seorang Mujtahid Tarjih.
Sebab, ia tidak membangun sistem teologi baru, ia juga tidak melakukan pembaharuan terhadap ajaran Mu’tazilah ataupun Asy-‘ariyah, melainkan hanya melakukan studi komparasi antara semua ajaran dari berbagai mazhab teologi islam, lalu melakukan penelitian ulang serta analisa yang kuat tentang keunggulan dari mazhab tersebut.
Hasil studi dan gagasan yang digaungkan Harun ini, bisa saja menjadi solusi bagi masyarakat dalam memahami takdir sehingga berakibat akan produktivitas manusia. Dari sisi lain bisa saja pendapat Harun Nasution ada kesalahan.
Terkait pemikiran teologi rasionalnya, satu hal yang perlu kita catat. Kita jangan dengan mudah mengeluarkan sebuah statemen bahwa Harun Nasution adalah penganut Mu‘tazilah.
Kita belum memiliki bukti yang cukup kuat terkait apakah secara keseluruhan Harun Nasution sepakat dengan pendapat-pendapat Mu‘tazilah.
Betul bahwa Harun Nasution dalam beberapa hal lebih tertarik kepada pemikiran Mu‘tazilah.
Itu pun hanya mengenai penghargaan yang tinggi terhadap peran akal dan doktrin qadariyyah yang merupakan sebagian kecil dari keseluruhan doktrin Mu‘tazilah.
Ketertarikan Harun Nasution tersebut sama halnya dengan seorang pria yang tertarik dan kagum kepada kecantikan dan kesalehan seorang wanita.