Problema Mendasar Manusia Saat Ini, Tidak Tahu Apa Tujuan Hadir di Dunia
Rasulullah SAW kemudian menegaskan: “Ayah kalian itu satu. Semua kalian dari Adam dan Adam itu tercipta dari tanah”.
Keempat, manusia sedang mengalami krisis moral, bahkan berada di ambang kehancuran moralitasnya. Moralitas itu adalah batas pembeda antara apa yang baik dan buruk. Dengan moralitas manusia membedakan dirinya dari makhluk Allah yang lain.
Ketika manusia kehilangan pegangan moralitas maka mereka akan cenderung berprilaku hewani, bahkan lebih buruk dari hewan (ulaaik kal-an’ami bal hum adhollu”.
Apa yang kita saksikan saat ini adalah prilaku sosial manusia dimana moralitàs tidak lagi jadi tolak ukur. Ukuran kebaikan atau kejahatan ada pada hawa nafsu dan egoisme manusia.
Ketika tatanan moralitas hancur maka sesungguhnya kemanusiaan itu mengalami kehancuran. Sekuat apapun sebuah bangsa secara ekonomi, politik dan militer, jika moralitas telah hancur maka bangsa itu adalah bangsa yang sejatinya mengalami kehancuran.
Segala fenomena menunjukkan bahwa manusia berada di ambang kehancuran itu.
Di sinilah Islam hadir membawa nilai-nilai moralitas yang solid. Nilai-nilai moralitas itulah menjadi ukuran “kebaikan dan keburukan”. Dan ditentukan oleh “pembeda kebenaran dan kebatilan (Al-Furqan).
Kelima, manusia mengalami gagal kontrol terhadap tendensi egoisirk dan kerakusan. Berbagai kerusakan, termasuk peperangan dan pengrusakan lingkungan hidup sesungguhnya disebabkan oleh ego dan kerakusan yang tak terkontrol itu.
Di sinilah Allah memberikan peringatan keras dan tegas di Surah An-Nazi’at: “Dan ingat ketika Ketukan besar itu telah tiba. Di kala itulah manusia akan ingat apa yang telah diperbuatnya. Maka barangsiapa yang melampaui batas dan lebih mementingkan kehidupan dunia maka nerakalah tempat kembalinya. Tapi barangsiapa yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan hawa nafsunya maka syurga adalah tempat kembalinya”.
Berbagai “jahim” (penderitaan) yang dialami oleh manusia saat ini disebabkan oleh kegagalan manusia dalam mengontrol ego dan hawa nafsu. Termasuk di dalamnya kerakusan duniawi (aatsaral hayaata ad-adunya).