Semangat toleransi itu dihidupkan di kampus yang didirikan di era perang dingin pada 1968. KSPEU memiliki lima fakultas dan tiga puluh program studi, yang sebagian besar berhubungan dengan teknik elektro dan mesin.
“Kami juga telah bermitra dengan puluhan industri skala nasional dan internasional seperti Schneider, Siemens, Bosch, dan beberapa lainnya. KSPEU menjadi salahsatu pusat laboratorium penting dalam pengembangan energi listrik dan terbarukan di Rusia,” kata Edvard.
Sementara Wakil Duta Besar Republik Indonesia untuk Rusia Berlian Helmy, yang ikut mendampigi delegasi Aceh menyampaikan terimakasih kepada Wali Nanggroe yang telah berinisiatif dalam membangun kerja sama dengan Federasi Rusia.
“Kami merasa terhormat dengan sambutan resmi yang dilakukan pihak KSPEU dan Wakil Pemerintahan Republik Tatarstan pada acara ini. Kita harapkan tahun depan akan semakin banyak mahasiswa yang kuliah di Kazan,” kata Barlian.
Sebelumnya, kedatangan delegasi Aceh yang dipimpin Wali Nanggroe, disambut langsung Rektor KSPEU Edvard Abdullazyanov dan jajaran, didahului dengan seremoni penyambutan tarian khas Tatarstan, dilanjutkan dengan penghormatan kepada rakyat Tatarstan yang ikut dalam revolusi pembentukan Negara Uni Soviet.
Di akhir kegiatan, Wali Nanggroe mengalungkan cinderamata berupa Kerawan Gayo kepada Edvard Abdullazyanov. (RED)