Banda Aceh, Infoaceh.net — Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala (FKIP USK), Dr Syamsulrizal MKes secara resmi mendaftarkan diri sebagai calon Rektor Universitas Syiah Kuala (USK) periode 2026–2031, Senin (20/10/2025).
Syamsulrizal datang ke Sekretariat Panitia Pemilihan Rektor USK di Banda Aceh dengan didampingi Ketua Senat dan sejumlah dosen FKIP. Turut hadir pula guru besar dari berbagai fakultas seperti Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, serta Fakultas Kedokteran.
Syamsulrizal mengatakan keputusannya maju sebagai calon rektor merupakan panggilan hati untuk memperbaiki dan menata USK dari sisi internal.
“Nurani saya terpanggil untuk membenahi USK. Di FKIP, hampir semua program studi sudah terakreditasi UNGGUL—sebanyak 15 prodi. Itu bentuk upaya kami memberi yang terbaik bagi universitas,” ujarnya.
Mantan Wakil Bupati Aceh Besar itu menilai, perubahan besar hanya bisa dilakukan dari puncak kepemimpinan universitas.
“Kalau memperbaiki dari fakultas tentu ada batasnya. Karena itu, saya ingin memperbaiki dari puncak, agar kebijakan strategis dan program yang berdampak pada income generative bisa segera dijalankan,” katanya.
Syamsulrizal menegaskan visinya realistis, yakni memperkuat internal kampus lebih dulu sebelum mengejar target internasional.
“Visi saya tidak muluk-muluk. Membawa USK ke level dunia itu cita-cita semua orang. Tapi kalau internal masih kupak-luyak, untuk apa sibuk mengejar internasional?” tegasnya.
Jika terpilih, Syamsulrizal berkomitmen fokus pada tiga hal utama: pembenahan tata kelola internal, peningkatan sarana prasarana, dan penguatan sumber pendapatan universitas untuk kesejahteraan seluruh dosen dan pegawai.
“USK sudah PTN BH. Sudah seharusnya memiliki tata kelola aset yang optimal dan berdampak langsung pada kesejahteraan seluruh sivitas akademika,” ujarnya menambahkan.
Ia menilai USK membutuhkan pemimpin yang tegas, berpikir komprehensif, dan mampu membangun kolaborasi lintas sektor.
“Kalau USK dipimpin secara kolaboratif, kesejahteraan akan lebih mudah tercapai. Seperti kata orang Aceh, raseuki ngan tagagah, tuwah ngan tamita — artinya kesejahteraan lahir dari kerja keras dan perencanaan matang,” tuturnya.
Syamsulrizal menutup pernyataannya dengan menegaskan pentingnya pembenahan internal sebagai pondasi menuju kampus global.
“Jangan sibuk mengejar tungau di seberang lautan, sementara gajah di pelupuk mata dikatupkan. Kita benahi dulu internal, baru bicara global,” pungkasnya.