BANDA ACEH — Pernyataan Rektor Universitas Syiah Kuala (USK), Prof Samsul Rizal yang mengatakan kualitas pendidikan di Aceh sangat rendah dan hal itu merujuk pada kesalahan pemerintah dalam pengelolaan, menunjukkan sikap lepas tanggungjawab dalam proses pembangunan dunia pendidikan di provinsi ujung barat Sumatera ini.
Menurut Sekretaris Jenderal Gerakan Titipan Rakyat (GETAR) Aceh Teuku Izin, Universitas Syiah Kuala, merupakan kawah candradimuka, atau wadah tempat penggemblengan lulusan para guru yang selama ini mengajar dan memberikan pendidikan kepada murid di seluruh provinsi Aceh.
Teuku Izin menerangkan, jika ingin saling menyalahkan dalam persoalan kualitas pendidikan di Aceh, maka USK adalah pihak yang paling layak untuk disalahkan. Sebab, katanya, Universitas Syiah Kuala merupakan institusi kampus yang melahirkan sarjana-sarjana yang selama ini merupakan para pendidik yang mengajar di berbagai sekolah di Aceh, baik dari tingkatan SD, hingga SMA.
“Karenanya, jika ingin menuding satu sama lain, tentu semua pihak akan mempertanyakan sejauh mana kualitas pendidik yang dihasilkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dari USK, yang selama ini menjadi guru di hampir seluruh sekolah di Aceh,” ujar Teuku Izin dalam keterangan tertulisnya, Rabu (30/6).
Ditegaskan Apung, sapaan karib Teuku Izin, jika merujuk pada banyak aspek, guru yang baik akan menghasilkan para peserta didik yang baik pula, dan tentu hal itu juga didukung oleh faktor-faktor lainnya. Tapi, persentase kualitas guru sangat menentukan kualitas murid.
“Nah, jika itu dijadikan dasar penilaian, maka sudah sepantasnya juga kita mempertanyakan sejauh mana kualitas para sarjana pendidikan yang disiapkan oleh USK. Sebab, merekalah yang selama ini menjadi pengajar di banyak sekolah di provinsi ini,” sebut Apung.
Namun menurutnya, tentu, untuk saat ini, tidak baik untuk saling menuding dan menyalahkan. Untuk itu pihaknya mengajak agar Pemerintah Aceh dan USK, saling kolaborasi dan bersinergi untuk saling bekerjasama meningkatkan kualitas pendidikan di provinsi ini, dengan menyusun program dan metode pengajaran yang lebih baik.
Kerja sama dan kolaborasi antara Pemerintah Aceh dan USK menurut Apung menjadi penting, agar ke depannya dihasilkan metode pengajaran yang efektif, dan juga dapat menghasilkan para sarjana-sarjana pendikan yang berkualitas. (IA)