Penilaian ini menurutnya menjadi cerminan kualitas dan kemampuan siswa SMA Aceh dalam bersaing merebut kursi masuk ke perguruan tinggi tahun 2020.
Jika ini tidak diatasi dengan serius, dapat memberikan dampak besar bagi generasi Aceh ke depan. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan perguruan tinggi di Aceh akan diserbu oleh siswa dari luar Aceh, dan kondisi ini telah terlihat di kampus yang dipimpinnya.
“Dalam beberapa tahun belakangan ini, peminat Unsyiah dari luar Aceh sangat tinggi. Bahkan, mereka berhasil lulus di jurusan favorit,” lanjut Prof. Samsul.
Kondisi ini lanjutnya tidak bisa dielakkan. Unsyiah sebagai kampus yang kiprahnya semakin dikenal secara nasional, tidak bisa menutup dan membatasi diri dari serbuan pendaftar luar Aceh. Terlebih lagi saat ini, sistem ujian masuk perguruan tinggi di Indonesia dibuka bebas dan dapat diikuti oleh siapa saja.
Rektor berharap kondisi ini dapat disikapi bijak oleh Pemerintah Aceh. Merosotnya potensi skolastik siswa SMA Aceh harus dapat segera diatasi. Peningkatan fasilitas sekolah dan laboratorium, skill tenaga pengajar, serta akses kemudahan belajar secara merata di seluruh kabupaten kota harus menjadi prioritas.
Dinas Pendidikan Aceh harus menjadi garda terdepan menjaga dan meningkatkan kualitas guru dan siswa sekolah. Peran orang tua pun lanjutnya, sangat dibutuhkan untuk membimbing dan menyadari anak-anak bahwa kompetisi dunia saat ini semakin ketat. Dibutuhkan kerja sama dan kerja keras agar dunia pendidikan di Aceh dapat bangkit dan tidak semakin terpuruk.
“Aceh tercatat sebagai salah satu provinsi yang memiliki banyak perguruan tinggi, jangan sampai anak-anak kita hanya menjadi penonton di daerah sendiri,” pungkas Prof. Samsul. (IA)