”Waktu itu, bangunan asrama santri merupakan barak-barak darurat yang dibangun dari bambu dan atap rumbia. Setelah Tgk H Syihabuddin wafat tahun 1935 dayah ini dipimpin oleh adik iparnya, yaitu al-Mukarram Tgk H Hanafiah bin ibnu Abbas, atau lebih dikenal dengan Tgk Abi,” lanjutnya.
Pria yang dikenal sebagai Ayah Kuta Glee ini menyebutkan dalam kepemimpinan Tgk Abi, dayah tersebut sempat diperbantukan kepada Tgk M Shaleh selama dua tahun, yaitu ketika Tgk Abi pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan sekaligus menimba ilmu agama di Negara Arab itu. Pada tahun 1964 Tgk H Hanafiah wafat, Dayah Mudi Mesra itu kemudian dipimpin oleh salah seorang menantunya, yaitu Tgk H Abdul Aziz bin M Shaleh.
”Tgk H Abdul Aziz yang lebih akrab panggilan Abon Aziz yang dikenal ahli “al-Mantiqi” karena beliau spesialisasi dalam bidang logika. Al-Mukarram Abon Tgk H Abdul Aziz adalah salah seorang murid dari Abuya Muda Wali pimpinan Dayah Bustanul Muhaqqiqin Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan. Pasca Abon meninggal tahun 1989, Dayah MUDI Samalanga dipimpin Al-Mursyid Abu MUDI (Abu Syekh H Hasanoel Basri) hingga saat ini,” ujarnya.
Ia mengatakan, pada masa kepemimpinan Abu MUDI telah banyak perubahan mulai dari sistem kepemimpinan dayah hingga adanya tajdid (pembaharuan) di bidang pendidikan dengan melakukan integrasi pendidikan, di antaranya mendirikan perguruan tinggi dan mu’adalah serta Ma’had Aly.
”Sejak tahun 2003 lahirnya STAI Al-Aziziyah (Tahun 2013 berubah menjadi IAI Al-Aziziyah), saat ini juga ada program magister di IAIA Samalanga dan Abu MUDI juga berharap dalam waktu dekat mampu menjadi Universitas Al-Aziziyah, selain itu pendidikan mu’adalah juga telah lama berjalan bahkan Ma’had Aly (Marhlah Ula/S-1) MUDI meraih akreditasi A dan kini Marhalah Tsani (S2) Ma’had Aly juga dalam waktu akan melahirkan alumni perdana,” pungkasnya. (IA)