BANDA ACEH— Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Prof Dr Mujiburrahman MAg menjadi salah satu Delegasi Forum Agama G20 Forum Religion Twenty (R20) tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Liga Muslim Dunia di Bali pada 2-3 November 2022.
Forum Agama G20 atau R20 tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa agama berfungsi sebagai sumber solusi yang sejati dan dinamis dari pada masalah di abad ke-21. Melalui R20 pula diharapkan dapat mencegah munculnya gerakan global.
Rektor UIN Ar-Raniry Prof Mujiburrahman dalam keterangannya, Rabu (2/11/2022) mengatakan, dirinya merasa sangat terhormat bisa berpartisipasi dalam agenda besar ini yaitu Forum Agama G20 memanfaatkan KTT “Kelompok 20” (G20), pertemuan tahunan negara-negara paling kuat secara ekonomi di dunia, untuk membantu memastikan bahwa agama di abad ke-21 berfungsi sebagai sumber solusi yang asli dan dinamis, bukan sebagai masalah.
“Melalui kegiatan ini kita berharap akan ada suatu rekomendasi penting bagi Perguruan Tinggi dalam mempromosikan solidaritas dan rasa hormat di antara beragam masyarakat, budaya dan bangsa di dunia,” ujarnya.
Kegiatan tersebut diikuti 464 peserta dan 170 di antaranya dari luar negeri yang berasal dari lima benua, terdiri atas pemimpin agama, sekte dan aliran kepercayaan.
Selain dihadiri oleh seluruh Forum Agama G20, juga hadir Sekretaris Jenderal Rabitah al-‘Alam al-Islami atau Liga Muslim Dunia, Syekh Mohammed Al-Issa dan tokoh nasional, di antaranya Wakil Presiden RI ke 10 dan 12 Jusuf Kalla, Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas, Menteri BUMN Erik Thohir, Menkopolhukam Mahfud MD serta Para Tokoh Nasional lainnya seperti Yenni Wahid, Alwi Shihab, Muhammad Nuh dan beberapa tokoh lain.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyatakan, Forum R20 merupakan ruang dialog antaragama dengan konsep anyar yakni mengedepankan prinsip kejujuran. Refleksi tersebut dianggapnya efektif untuk menjawab permasalahan dunia.
Adapun topik yang akan dikaji pada forum R20 meliputi Historical Grievances (Kepedihan Sejarah), Pengungkapan Kebenaran, Rekonsiliasi dan Pengampunan, Mengidentifikasi dan Merangkul Nilai-Nilai Mulia yang Bersumber dari Agama dan Peradaban Besar Dunia, Rekontekstualisasi Ajaran Agama yang Usang dan Bermasalah, Mengidentifikasi Nilai-Nilai yang Dibutuhkan untuk Mengembangkan dan Menjamin Koeksistensi Damai dan Ekologi Spiritual.