BANDA ACEH — Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh sangat mengharapkan agar Rektor Universitas Syiah Kuala (USK) Prof Dr Ir Samsul Rizal M.Eng bisa membangun sinergitas yang baik dengan semua stakeholder pendidikan yang ada di Aceh.
Karena selama ini sekolah-sekolah dibawah Disdik Aceh selalu menerima mahasiswa mahasiswa FKIP yang melakukan PPL di sekolah jenjang SD, SMP dan SMA.
“Guru-guru kita tetap membimbing mereka dengan baik dan tekun tanpa kita membebankan biaya apapun sehingga mereka dapat merasakan langsung dunia pendidikan nyata sebelum menerima gelar serjana, namun saat pak rektor terus menerus menyudutkan hasil kerja keras para guru kita di sekolah, tentu ini akan sangat melukai hati mereka,” ujar Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Aceh, Alhudri melalui Plt Kabid Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Muksamina
dalam keterangan persnya, Senin (28/6).
Namun Muksalmina mengakui saat ini kesulitan yang dialami sejumlah guru selama masa pendemi covid-19 semakin bertambah, karena harus menyesuaikan pola pembelajaran secara daring, dimana sistem ini tidak pernah mereka dapat di kampus.
“Mereka harus berjibaku kembali mengikuti pelatihan pelatihan untuk mengoptimalkan proses pendidikan secara daring. Untuk itu mungkin USK bisa mengambil perannya dengan meng-upgrade kembali lulusannya dengan kondisi dunia pendidikan terkini, ini akan lebih bermafaat daripada mencoba membuat rangking-rangkingan pendidikan yang tidak perlu,” ujarnya.
Plt Kabid Pembinaan GTK Muksamina juga menyayangkan pernyataan Rektor Universitas Syiah Kuala yang tidak konstruktif terkait dengan mutu pendidikan Aceh.
Muksalmina mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang bekerja keras untuk terus membangung mutu dan kualitas pendidikan Aceh. Kerja keras tersebut menurut Muksalmina kini sudah mulai menunjukkan hasil.
“Perlahan lahan anak-anak didik kita sudah mulai banyak yang diterima di perguruan tinggi, selain itu guru PNS yang sudah memiliki sertifikat pendidik pun semakin banyak dan beberapa capaian prestasi lainnya baik tingkat nasional dan internasional yang dicapai oleh Guru dan anak didik kita,” ungkap Muksalmina.
Menurut Muksalmina, penempatan rangking pendidikan Aceh di tingkat 24 oleh Rektor USK tidak memiliki landasan imperis yang cukup kuat, dirinya tidak tahu apa penyataan tersebut merupakan pernyataan pribadi ataupun atas nama Rektor USK.
“Karena setahu kita USK adalah sebuah lembaga pendidikan, bukan lembaga survei, sehingga penyataan beliau akan dapat menyesatkan opini publik. Menurut hemat kami peringkat pendidikan suatu daerah tidak bisa serta merta ditentukan dengan hanya melihat satu dimensi saja,” ujar Muksalmina.
“Jika kita mengukur mutu pendidikan hanya berdasarkan kemampuan anak jenjang SMA menjawab soal SBMPTN itu sangat keliru, karena Pendidikan Aceh memiliki landasan Dinul Islam sehingga banyak anak-anak lulusan SMA yang berprestasi juga melanjutkan pendidikan ke Pesantren baik dalam maupun luar negeri dan ada juga yang masuk ke sekolah sekolah kedinasan yang luput dari pantauan pak Rektor,” pungkanya. (IA)