Tambah Dua Lagi, Unsyiah Kini Miliki 79 Profesor
Pembuangan limbah yang tidak terkontrol dikhawatirkan berdampak negatif terhadap lingkungan.
Rektor menilai kepakaran Prof. Izarul sangat dibutuhkan saat ini. Inovasi yang dikembangkan dalam bentuk bioreaktor diharapkan mampu menyelesaikan masalah limbah cair yang hingga hari ini belum tertangani secara baik.
“Inovasi bioreaktor bukanlah karya terakhir Prof. Izarul, kita meyakini berbagai inovasi lainnya akan lahir dari kepakarannya, sehingga limbah cair tidak lagi menjadi masalah besar bagi populasi makhluk hidup dan lingkungan.”
Rektor juga memuji kepakaran Prof. Dessy yang berjuang menyelesaikan permasalahan rasa nyeri yang diderita manusia. Kepakaran yang dimilikinya sangat krusial untuk penatalaksanaan nyeri di Indonesia, bahkan dunia.
Konsep baru tentang nyeri campuran yang dikembangkan Prof. Dessy serta group penelitian yang ia pimpin, telah membuahkan hasil dan dipublikasi di berbagai jurnal ilmiah internasional.
Bahkan, konsep ini menjadi rujukan artikel lain di jurnal ilmiah bereputasi internasional.
Rektor berharap konsep dan inovasi yang dikembangkan Prof. Dessy dapat terformat dalam bentuk kebijakan pemerintah tentang layanan nyeri secara nasional.
“Konsep yang dikembangkannya mengubah alur tata laksana nyeri campuran dalam hal kajian dan diagnosis jenis nyeri, sehingga menjadi penentu untuk waktu dan jenis obat yang akan diberikan.”
Secara berurutan masing-masing profesor yang dikukuhkan menyampaikan orasi ilmiah. Diawali Prof. Izarul yang menyampaikan orasi ilmiah berjudul, “Status, Tantangan, dan Solusi Inovatif Pengolahan Limbah Cair Domestik di Indonesia”.
Kemudian Prof. Dessy dengan judul orasi ilmiah, “Paradigma Baru Tata Laksana Nyeri di Indonesia.” (IA)