Banda Aceh, Infoaceh.net — Sekelompok guru dari dua sekolah menengah di Banda Aceh mendapatkan pengalaman berbeda dalam pelatihan Refreshment SEULANGA (Social-Emotional Understanding and Learning for Adult-Children Wellbeing Advancement) yang digagas Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK).
Bertempat di Hotel Kyriad Muraya, Kamis (6/11/2025), kegiatan ini menghadirkan suasana belajar yang tak biasa. Para guru diajak memahami kembali peran mereka bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai figur yang mampu membaca dan merespons emosi siswa secara lebih manusiawi.
Program SEULANGA merupakan bagian dari model Safe Communities Safe School (SCSS) yang dikembangkan FK USK pada dua sekolah percontohan, yakni SMP Negeri 6 dan SMP Negeri 17 Banda Aceh.
Fokusnya menumbuhkan kesadaran sosial-emosional di kalangan guru agar interaksi di kelas menjadi lebih empatik dan restoratif.
Koordinator Principal Investigator SCSS USK Aceh, Dr Rina Suryani Oktari SKep MSi menyebutkan bahwa ruang kelas hari ini merupakan ruang yang kompleks, di mana setiap siswa membawa latar belakang dan tantangan emosi yang berbeda.
“Guru bukan hanya menyampaikan pelajaran, tapi juga mengelola kehidupan emosional anak-anak di kelas. Pendekatan humanis berarti memahami makna di balik perilaku siswa, bukan sekadar menghukum,” ujar Rina.
Menurutnya, perubahan dari pola pikir reaktif menuju cara pandang proaktif dan restoratif menjadi langkah penting untuk membangun pendidikan yang berempati.
“Kita ingin mengganti kalimat ‘Hentikan perilaku itu!’ dengan ‘Saya lihat kamu sedang kesulitan, apa yang terjadi?’ Inilah fondasi pendidikan masa depan yang berakar pada empati dan pemahaman,” tambahnya.
Sementara psikolog Ediburga Wulan Saptandari SPsi MPsi PhD atau Mbak Yayik, mengingatkan pentingnya refleksi diri bagi guru dalam menghadapi dinamika siswa usia SMP yang sedang mencari identitas dan keadilan.
“Setiap siswa itu unik. Tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua. Guru perlu terus reflektif agar mampu melihat apa yang sesungguhnya dibutuhkan anak,” ungkapnya.
Melalui program ini, FK USK berharap tercipta ekosistem belajar yang lebih aman, suportif, dan penuh kasih, tempat guru dan siswa tumbuh bersama dalam kesejahteraan emosional.



