Medan, Infoaceh.net – Universitas Syiah Kuala (USK) menggelar Rapat Kerja (Raker) Tahun 2026 pada 29-31 Agustus 2026 di Kota Medan, Sumatera Utara.
Raker dengan mengusung tema “Sinergi dan Akselerasi Menuju Universitas Syiah Kuala yang Adaptif, Inovatif, dan Bertaraf Internasional.”
Agenda ini menegaskan urgensi transformasi menyeluruh di tengah era digital dan tantangan global.
Raker USK 2026 menghadirkan pimpinan fakultas, tenaga kependidikan, serta unsur sivitas akademika lainnya.
Kehadiran lintas elemen tersebut diharapkan memperkuat konsolidasi internal guna menjawab dinamika global yang semakin kompleks dan sulit diprediksi.
Dalam kesempatan itu, Plt. Sekretaris Ditjen Dikti, Setiawan, menyampaikan arah kebijakan pendidikan tinggi dalam kerangka Diktisaintek Berdampak.
Ia menegaskan keberhasilan strategi perguruan tinggi sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola risiko.
“Dalam menetapkan sasaran strategis, kita harus terlebih dahulu mengidentifikasi risiko dan menyiapkan mitigasinya. Tanpa manajemen risiko yang kuat, akselerasi justru bisa menimbulkan kerentanan baru,” ujar Sesditjen Setiawan, Sabtu (30/8).
Menurutnya, asesmen risiko harus dilakukan secara berlapis, baik pada level prodi, fakultas, maupun universitas, terutama dalam menghadapi tantangan digitalisasi dan perubahan global.
Rektor USK, Prof Dr Ir Marwan menegaskan tema Raker tahun ini selaras dengan arah kebijakan nasional pendidikan tinggi.
“Tema yang kita usung tentunya sejalan dengan paradigma Diktisaintek Berdampak. Artinya, setiap langkah strategis USK harus mampu melahirkan manfaat yang terukur, baik di lingkungan internal maupun bagi masyarakat luas,” jelasnya.
Lebih lanjut, Plt. Sesditjen Dikti menegaskan bahwa otonomi perguruan tinggi tidak bisa dilepaskan dari akuntabilitas.
Otonomi memang menjadi ciri penting universitas modern, tetapi tanpa pertanggungjawaban yang kuat, baik akademik maupun non-akademik, akan berisiko menurunkan kepercayaan publik.
“Otonomi itu penting, tapi jangan lupa, otonomi selalu datang bersama akuntabilitas,” tegasnya.
Setiawan juga menyoroti peluang besar dalam pemanfaatan aset perguruan tinggi. Melalui dukungan project development fund, kampus memiliki ruang untuk mengelola aset secara lebih produktif.
Sejumlah universitas bahkan sudah menyiapkan proposal pengembangan, misalnya pembangunan international dormitory oleh Universitas Indonesia dengan nilai kurang lebih Rp1,3 triliun.
“Aset kampus jangan hanya jadi catatan di atas kertas, tapi harus menjadi pusat pertumbuhan dan revenue,” jelasnya.
Konsep kampus berdampak, menurut Setiawan, harus dimulai dari internal. Evaluasi menyeluruh, mulai dari program studi, fakultas, hingga unit pendukung, menjadi titik awal sebelum universitas berbicara kontribusi eksternal.
“Sulit berbicara tentang kontribusi eksternal jika masalah internal kampus belum kita selesaikan. Konsep dampak itu inside-out, lalu outside-in,” ungkapnya.
Poin terakhir yang ditekankan adalah pentingnya sinergi lintas unit di universitas. Menurut Setiawan, fakultas tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Akselerasi baru terjadi bila ada efek snowballing antar unit dan orkestrasi yang kuat dari universitas.
“Sinergi adalah kunci akselerasi, tanpa orkestrasi, fakultas hanya berjalan sendiri-sendiri,” tuturnya.
Menanggapi hal itu, Rektor USK menegaskan bahwa Raker 2026 menjadi momentum penting bagi universitas untuk memperkuat peran sebagai katalisator perubahan.
“Raker tahun ini memberi arah baru bagi USK, bukan hanya adaptif terhadap perubahan, tapi juga proaktif melahirkan terobosan yang relevan bagi kebutuhan bangsa,” tegas Marwan.
Sejalan dengan itu, Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) USK, Dr Safrizal Zakaria Ali, juga menekankan bahwa percepatan transformasi hanya mungkin dicapai melalui kerja bersama.
“Akselerasi tidak mungkin dilakukan sendiri-sendiri. Hanya dengan orkestrasi bersama, kita bisa menghasilkan efek berlipat bagi kemajuan universitas,” pungkasnya.
Dengan semangat tersebut, USK menegaskan komitmennya untuk melampaui rutinitas birokrasi dan tampil sebagai mesin akselerasi perubahan.



