Karena itulah, Prof Rusli menilai perlu diterapkannya pendidikan kewarganegaraan yang khusus mengkaji isu lingkungan, yaitu pendidikan kewarganegaraan lingkungan. Ilmu ini dapat menjadi instrumen internalisasi untuk menumbuhkan serta meningkatkan kesadaran warga negara terhadap lingkungan.
“Penelitian Prof Rusli bisa menjadi acuan pemerintah dalam membangun sistem pendidikan, yang bukan hanya berfokus pada pemahaman keilmuan, tetapi juga dalam bentuk perilaku terutama yang terhubung dengan isu lingkungan,” ucap Rektor.
Selanjutnya, kepakaran Prof Hammam pada bidang kecerdasan buatan sangat penting untuk pengembangan teknologi di Indonesia. Mengingat teknologi berkembang sangat pesat dan memberi pengaruh yang besar bagi dunia.
Beruntungnya, USK memiliki sejumlah pakar dalam bidang kecerdasan buatan ini dan salah satunya Prof Hammam, yang merupakan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) periode 2019-2021.
Prof Hammam telah memfokuskan kajiannya tentang penerapan kecerdasan artifisial pada berbagai bidang sejak tiga dekade lalu. Beberapa hasil kajiannya sudah diterapkan dengan memanfaatkan
kecerdasan artifisial dalam pemrosesan bahasa alami atau natural language processing, dalam penerjemahan mesin atau machine translation, dalam pengenalan wicara atau Speech Recognition, dalam upaya reduksi risiko bencana, hingga inovasi teknologi kecerdasan artifisial untuk penanggulangan COVID-19 dan isu kesehatan secara keseluruhan.
“Prof Hammam mengamati bahwa teknologi kecerdasan artifisial benar-benar terbukti dapat berperan signifikan dalam mengatasi berbagai persoalan di setiap aspek,” ucap Rektor. (IA)