Sabang, Demokrasi Damai di Ujung Barat Indonesia
Kini, lembar suara telah disimpan, hasil penghitungan telah diumumkan. Tapi pekerjaan belum selesai. Yang paling berat justru dimulai sekarang: menjaga semangat persatuan agar tidak menguap bersama euforia kemenangan.
“Mari jadikan kemenangan ini bukan sekadar euforia sesaat. Tapi sebagai titik tolak untuk menjadi pribadi dan masyarakat yang lebih baik. Lebih religius, lebih bersatu, dan lebih peduli terhadap sesama,” tutup Magdalaina dalam satu kesempatan.
Sabang hari ini adalah cermin dari Indonesia yang kita dambakan. Ia tidak sempurna, tapi berusaha. Ia pernah berselisih, tapi tidak berkeras kepala.
Ia punya banyak wajah, tapi semua tersenyum dalam satu bahasa: damai.
Dan di tengah kota yang menatap samudra, rakyat Sabang menulis sejarah kecil tentang demokrasi. Sebuah sejarah yang tak tercatat di buku besar negara, tapi hidup dalam hati mereka yang menjaganya.