Ditambahkan Verri, pihaknya khawatir bahwa Tim Seleksi dari Partai Aceh terlalu tergesa-gesa dalam pengambilan keputusan.
“Karena setahu kami, di Partai Aceh, pengambil keputusan adalah Wali Nanggroe dan Mualem, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan mengutamakan kepentingan rakyat Aceh. Jika Mualem memilih Tu Sop sebagai pendampingnya, maka hal itu perlu dipertimbangkan secara serius oleh Partai Aceh. Ketidakpahaman terhadap pentingnya kekompakan antara Gubernur dan Wakil Gubernur dapat menimbulkan masalah dan polemik di kemudian hari.
Kami mengingatkan bahwa selera dan harapan rakyat tidak selalu sejalan dengan penilaian Tim Seleksi. Karena itu, seharusnya Tim Seleksi dapat memberikan kesempatan kepada semua bakal calon yang mendaftar dan didaftarkan. Semakin banyak tokoh yang diuji, semakin banyak pula ide dan program inovatif yang dapat dihasilkan untuk kepentingan rakyat Aceh.
Dengan digugurkannya empat tokoh potensial, kami khawatir akan berkurangnya ide-ide konstruktif dan rencana pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Kami merasa bahwa Tim Pansel perlu mempertimbangkan kembali pendekatannya dan lebih terbuka dalam proses seleksi. Sikap yang lebih fleksibel dan inklusif akan memberikan ruang bagi berbagai perspektif dan ide yang dapat memperkaya rencana pembangunan Aceh ke depan.
Kami berharap agar semua pihak dapat bekerja sama memastikan proses seleksi ini benar-benar mencerminkan kebutuhan dan harapan rakyat Aceh.