Anak Muda Banyak Habiskan Waktu di Warung Kopi, Aceh ke Depan Bisa Lahirkan Generasi Lemah
Bahkan, anak muda lebih banyak menghabiskan waktunya nongkrong di warung kopi.
“Jika generasi muda tidak berkarya untuk masa depan, menggantungkan diri kepada orang tua, kalau sang ayah berpulang kepada Allah tanpa meninggalkan harta yang banyak, apa yang bisa dilakukan oleh anak muda itu,” ujarnya dengan nada bertanya.
Ketika satu daerah orang yang meninggalkan shalat sudah banyak, dikhawatirkan Allah akan menurunkan bala.
Misalnya, Allah mengurangi curah hujan dalam setahun sehingga banyak pohon mati, melambungnya harga pangan, pemimpin di gampong hanya memikirkan kesejahteraan dirinya sendiri.
“Ketika Allah menurunkan bala, sama rata (merasakannya). Ketika ibadah lemah, maksiat pasti muncul,” tegasnya.
Tgk Sirajuddin menerangkan kelemahan ilmu juga begitu berbahaya. Misalnya, saat mengambil hasil alam tanpa ilmu menyebabkan kerusakan alam sehingga terjadi banjir bandang.
Jika tidak dibekali ilmu, maka masyarakat Aceh akan menjadi budak di negeri sendiri. Budaya membaca juga di Aceh. Sementara kejayaan Islam pada masa Rasulullah dan sahabat hebatnya karena ilmu.
Terakhir, kelemahan ekonomi yang bisa disebabkan rendahnya semangat kerja. Kemiskinan tidak boleh dikembalikan kepada hakikat.
Ada tiga pihak yang bertanggung jawab terhadap kelemahan-kelemahan tersebut yakni pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Kemungkaran dapat dicegah dengan kekuasaan.
Tgk Sirajuddin juga mengapresiasi Surat Edaran Pj Gubernur Aceh tentang Penguatan dan Peningkatan Pelaksanaan Syariat Islam Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Masyarakat di Aceh.
“Bila penduduk suatu negeri beriman, maka Allah akan menurunkan rahmat-Nya,” pungkasnya. (IA)