Selalu saya mengatakan bahwa sesungguhnya Indonesia masih syurga bagi teman-teman minoritas di negeri ini. Selama bertanggung jawab sebagai bagian dari bangsa, menegakkan konstitusi dan menghargai eksistensi umat lain, anda bebas menjalankan agamanya.
Pancasila dan UUD 45 menjadi acuan kuat, yang didukung oleh karakter kebangsaan yang memang memilki karakter toleransi yang historis.
Gesekan-gesekan yang terjadi di kemudian hari harusnya dilihat dari akar permasalahan yang sesungguhnya. Bukan karena karakter bangsa. Bukan pula karena agama Yang dianut oleh mayoritas bangsa ini. Tapi karena faktor lain yang akan disebutkan pada poin selanjutnya.
Ketiga, secara mendasar rasisme Amerika dan kasus rasisme yang terjadi di Indonesia sangat berbeda. Dan untuk dihubung-hubungkan rasanya sangat tidak adil dan tidak akan ketemu.
Rasisme Amerika seperti Yang pernah saya sampaikan bersifat historis, bahkan mungkin tidak salah kalau saya istilahkan sebagai dosa asal bangsa ini. Sementara Indonesia tidak memiliki sejarah rasisme itu. Yang ada justru sejarah toleransi dan kerukunan yang diakui oleh semua pihak.
Selain itu rasisme Amerika jelas terjadi bukan karena ada penyebab lain, seperti “social jealousy” atau kecemburuan sosial akibat kesenjangan ekonomi misalnya. Justru pelaku rasis di Amerika adalah mereka yang fortunate (beruntung) dari kalangan masyarakat kelas atas.
Hal ini berbeda dengan kasus di Indonesia. Justru adanya kasus-kasus, sebutlah rasisme kepada kelompok tertentu, disebabkan adanya sense of unfairness (rasa ketidak adilan) dalam masyarakat.
Bahwa adanya ketidak adilan perekonomian, di mana kelompok kecil justeru menguasai perekonomian negara dengan proporsi yang tidak sesuai menjadikan kelompok masyarakat mayoritas merasa terzholimi.
Karenanya kalaupun ada tendensi rasisme, atau minimal ketidak senangan mayoritas di Indonesia terjadi bukan karena itulah tabiat bangsa. Apalagi dianggap karena agama. Tapi karena faktor lain yang menjadi pendorong. Faktor hilangnya sense of justice (rasa keadilan di tengah masyarakat).