Nasehat ini disampaikan oleh Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Provinsi Aceh Ustadz Dr Muhammad Yusran Hadi, Lc MA dalam ceramah Subuh di Masjid Syeikh Abdurrrauf Blang Oi Banda Aceh beberapa hari lalu.
Ustadz Yusran yang juga jebolan Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM) menjelaskan makna syukur.
“Syukur adalah senantiasa memuji Allah ta’ala baik di waktu senang maupun sedih dan waktu lapang maupun sulit, menaati segala perintah-Nya baik yang wajib maupun yang sunnat dan segala larangan-Nya baik yang haram maupun yang makruh, serta ridha terhadap qadar (ketentuan) Allah ta’ala yang baik dan yang buruk. Inilah hakikat syukur yang wajib diamalkan oleh setiap muslim.”
“Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin berkata, “Menurut sebagian ulama bersyukur adalah menaati Dzat Yang Memberikan nikmat (Allah ta’ala). Inilah syukur, yaitu kamu menaati Dzat Yang Memberikan nikmat (Allah ta’ala), terutama nikmat yang sejenis dengan nikmat ini. Jika Allah memberikan nikmat kepada anda dengan harta, maka hendaknya ada pada diri anda pengaruh dari harta ini pada pakaian anda, rumah anda, kenderaan anda, sedekah anda, maupun nafkah anda, hendaklah terlihat pengaruh nikmat Allah yang telah diberikan kepada anda pada harta ini.”
“Dalam ilmu, jika Allah menganugerahkan ilmu kepada anda, maka pengaruh ilmu itu harus terlihat pada diri anda berupa semangat menyebarkannya di tengah-tengah orang ramai, mengajarkannya kepada orang banyak, berdakwah kepada Allah azza wa jalla, dan sebagainya, Maka syukur ada pada nikmat yang sama yang diberikan Allah kepada anda, atau lebih umum. Jadi, orang yang berbuat maksiat kepada Allah berarti tidak bersyukur kepada nikmat Allah, karena dia telah kufur nikmat Allah, semoga kita dijauhkan.” (Syarhu Riyadhus Shalihin: 457).”
“Bersyukur tidak hanya di lakukan pada waktu mendapat kesenangan dan kemudahan, namun juga di waktu mendapat kesusahan dan kesulitan.”
“Oleh karena itu, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam jika datang sesuatu yang menyenangkannya beliau mengucapkan, “Alhamdulillah alllazi bini’matihi tatimush shalihat (segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya semua kebaikan menjadi sempurna)”. (HR. Ibnu Majah).”