Gubernur menyebut contoh saat pengucapan takbir dalam salat. Di sana tergambar pengakuan terhadap kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala ciptaannya. Pengakuan itu dikatakan menjadi sandaran bahwa secara fitrah penciptaan, manusia adalah makhluk yang sangat lemah.
“Karena itu sangatlah tidak pantas sebagai makhluk sosial, untuk bersikap sombong, takabur, arogan, congkak dan sikap-sikap buruk lainnya dalam hidup dan kehidupan kita. Apalagi sikap-sikap tersebut dipastikan akan menghilangkan kebersamaan, hancurnya nilai nilai sosial dan lenyapnya semangat persatuan, yang pada akhirnya melahirkan permusuhan dan akan merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” ujar gubernur.
Dalam konteks Aceh hari ini, lanjut gubernur, kesalehan sosial yang dimanifestasikan dalam bentuk kebersamaan dan persatuan seluruh elemen masyarakat, adalah kunci utama dalam rangka menyukseskan program pembangunan yang telah tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah 2017-2022.
Gubernur Nova juga menjelaskan terkait refleksi kedua, yakni salat mendidik umat agar senantiasa selalu menjaga kebersihan lahir dan bathin.
“Sehubungan dengan itu, sebagai muslim, sejatinya wudhu’ akan memastikan kebersihan itu tetap terjaga, disamping dalam rangka melakukan salat, wudhu’ juga berfungsi merawat kesehatan, terutama dalam mencegah berbagai macam penyakit yang berasal dari virus, bakteri dan lain-lain,” kata gubernur.
Di akhir sambutannya, Gubernur mengajak, peringatan Isra’ Mi’raj ini agar dijadikan momentum evaluasi sehingga akan terbentuk pribadi muslim yang saleh secara ritual sekaligus saleh secara sosial. (IA)