Infoaceh.net

Portal Berita dan Informasi Aceh

Makna Kurban dan “Pengorbanan Enzim”: Antara Syariat, Sains, dan Spiritualitas

Mari belajar dari enzim: kecil, tidak dikenal, tapi berdampak besar. Maka, mari kita tunaikan kurban dengan penuh kesadaran. Di balik tetesan darah kurban, ada ilmu, kasih sayang, dan penghambaan kepada Tuhan. Kurban bukan hanya menyembelih, tetapi juga menyelami makna kehidupan itu sendiri

Enzim dapat dikatakan sebagai pekerja sunyi dalam tubuh makhluk hidup. Enzim adalah biomolekul berupa protein yang bertindak sebagai katalisator biologis. Enzim mempercepat reaksi kimia tanpa ikut habis dalam reaksi tersebut.

Dalam tubuh hewan maupun manusia, enzim berperan dalam berbagai proses metabolisme: pencernaan, kontraksi otot, transmisi sinyal saraf, hingga kematian sel (apoptosis).

Enzim adalah protein spesial yang bekerja sebagai “mesin pemroses” dalam tubuh semua makhluk hidup. Saat hewan kurban disembelih, tubuhnya mulai mengalami perubahan biologis. Enzim-enzim seperti protease dan ATPase langsung bekerja memecah protein dan sisa energi dalam otot. Inilah yang membuat daging menjadi empuk secara alami.

Hebatnya lagi, tubuh hewan tidak serta-merta “mati total” setelah disembelih. Otot-ototnya masih aktif sebentar, berkat energi terakhir yang dibantu oleh enzim. Proses ini membuat darah bisa keluar lebih sempurna, menjadikan daging lebih bersih dan tahan lama.

Berbeda dengan kematian sel akibat kecelakaan (nekrosis), apoptosis adalah proses alami dan tertib. Setelah aliran darah berhenti, sel-sel dalam tubuh hewan akan mematikan diri secara sistematis. Ini adalah cara tubuh “berpamitan” dengan rapi, tanpa membuat kerusakan tambahan.

Apoptosis membantu membersihkan jaringan dari zat-zat berbahaya dan mempermudah kerja enzim. Maka, semakin syar’i proses penyembelihan, semakin alami dan sehat pula kematian sel dalam tubuh hewan tersebut.

Ketika hewan disembelih secara syar’i (memotong tiga saluran utama: trakea, esofagus, dan dua pembuluh darah besar), beberapa proses penting terjadi di antaranya adalah pertama terjadinya perdarahan maksimal dimana penyembelihan yang benar akan menyebabkan darah keluar dengan cepat karena jantung masih berdetak beberapa saat setelah penyembelihan. Ini penting untuk mengurangi kadar mikroba dalam daging dan mempertahankan kualitas daging kurban.

Setelah mengalami kematian, terjadi proses yang disebut dengan rigor mortis atau kekakuan otot yang disebabkan oleh berhentinya suplai ATP (Adenosin Tri Phospat) yakni suatu molekul yang berfungsi sebagai sumber utama dalam sel. Dalam kondisi ini, otot mengeras karena jembatan silang aktin-myosin terkunci.

author avatar
Redaksi
Redaksi INFOACEH.net
Tutup
Enable Notifications OK No thanks