Rasulullah mengabarkan, tiga golongan manusia yang pertama kali masuk neraka adalah Orang alim (punya ilmu), Jihad dan menyerukan nama Allah SWT, dan orang kaya (Dermawan).
Golongan pertama, orang yang mengaku berjihad fisabilillah ternyata orang tersebut berbohong, orang itu bukan berjihad karena Allah, tapi supaya disebut pahlawan, orang hebat dan lain sebagainya.
Golongan kedua, orang-orang yang alim dan ahlul qur’an, ternyata orang ‘alim ini juga berbohong, ilmu yang ada padanya hanya digunakan untuk dianggap sebagai ulama dan sebagai qari.
Golongan ketiga, adalah orang-orang yang dermawan, setiap harinya dia bersedekah dan berinfaq hartanya di jalan Allah, dan ternyata golongan ini juga berbohong, dengan harta itu orang itu ingin disebut dermawan, baik budi dan hati.
“Satu sisi kita harus mengapresiasi masyarakat karena sudah banyak mengenal pendidikan Al-Quran dan di satu sisi kita harus melihat lebih detail lagi agar kita tidak termasuk dalam hadist yang telah disebutkan di atas,” katanya.
Ustadz Kautsar juga mengingatkan, masih banyak hadits-hadits yang menyebutkan ancaman-ancaman kepada orang yang memakai label atau menjadikan Al-Quran Sebagai alat untuk meraup keuntungan duniawi saja.
“Keuntungan dalam bentuk apapun, baik itu harta, jabatan, bahkan namanya untuk disanjung di kalangan masyarakat, itu pun dilarang,” tegasnya.
Oleh karena itu, lanjut Ustadz Kautsar, masyarakat harus mampu menaikkan sisi positif dari pendidikan Al-Quran dan harus meredam sisi negatifnya.
“Caranya dengan membantu orang-orang yang sudah memiliki niat baik mendirikan lembaga Al-Quran dengan memberikan pemahaman-pemahaman yang semestinya baik dan benar atau dengan merefresh kembali niat dalam mendirikan lembaga pendidikan tersebut, ketika niat awal tidak baik maka akan rusak semuanya,” tutur pria asal Pidie Jaya ini. (IA)