BANDA ACEH — Masyarakat diharapkan agar dapat memanfaatkan waktu tidak mudik menyambut Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah tahun ini untuk meningkatkan amal ibadahnya kepada Allah SWT.
“Larangan agar masyarakat tidak mudik itu harus kita sikapi secara positif. Saran saya, agar dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, terlebih pada malam-malam di 10 akhir Ramadhan ini,” kata Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh, H Rahmadon Tosari Fauzi MEd PhD, Rabu (28/4).
Rahmadon mengimbau masyarakat khususnya umat Islam agar mengambil hikmah di balik adanya larangan mudik dari pemerintah.
“Kalau biasanya kita mulai sibuk dari sepekan sebelum lebaran karena ingin mudik, sehingga ibadah malam terabaikan, seperti salat tarawih dan ibadah-ibadah sunnah lainnya, maka kini kita pergunakan untuk meningkatkan kualitas ibadah, itu hikmahnya sehingga kita tergolong dalam golongan orang-orang yang bertaqwa,” kata Ustadz Rahmadon Tosari Fauzi.
Sebab, jelas dia, memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadhan itu banyak keutamaan yang dapat diraih umat Islam dikarenakan pada malam itu disebut dengan malam Lailatul Qadar (malam yang lebih baik dari 1.000 bulan).
Meskipun tidak ada yang bisa mengetahui kapan datangnya malam Lailatul Qadar, namun Rahmadon menjelaskan dalam banyak riwayat menyebutkan di malam-malam 10 akhir dari bulan Ramadhan itu.
“Itulah yang ingin saya sampaikan ambil hikmahnya di balik larangan mudik dari pemerintah. Mari kita ciptakan akhir Ramadhan seperti awal-awal datanganya bulan puasa, dimana masjid-masjid penuh sesak oleh jamaah. Hari ini kita tidak mudik, isi malam-malam dengan memperbanyak dan meningkatkan kualitas ibadah,” kata dia menambahkan.
Di pihak lain, Wakil Ketua Dewan Dakwah Aceh itu juga menjelaskan ibadah dalam Ramadhan bukan hanya sekedar menunaikan puasa di siang hari, tapi juga melaksanakan atau menghidupkan malam-malam dengan tadarus quran, i’tikaf di masjidd dan pangkajian ilmu agama serta shalat-shalat sunah lainnya.
“Kita juga harus meningkatkan kualitas baca Al Quran pada malam-malam Ramadhan khususnya. Bagaimana kita bisa mengambil taqwa itu dengan Al Quran,” sebutnya.
Meskipun demikian, ia memandang bahwa mudik yang merupakan rutinitas sakral bagi perantau menjelang Hari Raya Ied, dimana warga masyarakat pulang ke kampung halaman untuk bersilaturahmi dengan sanak saudaranya itu masih bisa dilakukan dengan cara menggantikan kunjungan fisik dengan kunjungan maya melalui media komunikasi yang mendukung saat ini seperti fasilitas telpon, dan juga panggilan video serta audio.
“Semangat untuk bersilaturahmi dan mudik masih saja bisa disalurkan dengan kecanggihan teknologi informasi saat ini,” terang Doktor lulusan Universitas Sennar Sudan ini.
Ia juga menyampaikan kebijakan pemerintah tentang pelarangan mudik ini sesungguhnya untuk menekan angka peningkatan penyebaran Covid-19 yang saat ini kembali merebak di Aceh dan juga secara nasional.
Sejak minggu terakhir ini setidaknya ada 87 kasus baru terjadi di Aceh terhadap penyebaran Covid-19 ini yang perlu langkah pencegahan maksimal bersama. Saat ini India merupakan negara yang menduduki peringkat teratas dalam peningkatan kasus Covid-19.
“Kita akan berpahala untuk tidak melakukan mudik dalam waktu sekarang ini demi kemaslahatan bersama” tutupnya. (IA)