Hal lain yang tidak kalah penting dalam mewujudkan Ukhuwah Islamiyah adalah kemampuan diri kita masing-masing untuk menghindari diri dari berbagai sikap yang dapat meretakkan sendi-sendi ukhuwah dan dapat menggoyahkan fundamen persaudaraan.
Yang terpenting adalah menegakkan akhlaqul kharimah, akhlaq ukhuwah islamiyah.
Bila terjadi perbedaan pada sesama muslim, sepanjang akhlak ukhuwah masih kuat, perbedaan itu tidak akan melahirkan keretakan dan pertentangan.
Secara terperinci Al-Quran memberikan petunjuk tentang sikap dan langkah yang mesti menjadi milik dan ciri pribadi muslim. Langkah tersebut antara lain:
Husnudzan, berbaik sangka kepada saudaranya yang mukmin. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian orang lain..” (Q.S. Al-Hujurat 49:12
Tabayyun, selektif dalam menerima informasi. Rasulullah bersabda, “Cukup seorang itu dikatakan sebagai pendusta apabila dia menceritakan apa saja yang ia dengar (sebelum ia dicek kebenarannya).” H.R Bukhari.
Salah satu contoh nyata adalah terlalu cepat jari meneruskan dan menebarkan info yang masuk di android ke berbagai medsos, sementara yang bersangkutan tidak mengerti betul dan tak bisa bertanggungjawab dengan berita yang disebarkannya itu, efeknya tanpa ia sadari terjebak sebagai pelaku dosa jariyah.
Menjaga persatuan dan persaudaraan Islam dengan komunikasi yang harmonis adalah wajib, sementara larut dalam perbedaan dalam amalan sunat sebagai perkara furu’iyah tidak dibenarkan karena ia dapat merusak ukhuwah Islamiyyah sebagai perkara Ushul.
Taushiyah, saling wasiat mewasiati. Mukmin yang baik itu bukan manusia yang tanpa cacat dan salah, tapi manusia yang selalu sadar akan kesalahan dan kelemahan dirinya serta berusaha untuk saling sadar sadar menyadarkan, nasehat menasehati bukan saling menjelak-jelakan apalagi membuka aib seseorang.
Islah, usaha pemberesan.