Puasa Tasu’a dan Asyura yang Sangat Dianjurkan Rasulullah di Bulan Muharram
“Namun, untuk membedakan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berniat berpuasa Tasu’a bersama dengan ‘Asyura pada tahun depannya, meskipun beliau tidak dapat melakukannya karena telah wafat terlebih dahulu sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan Imam Ahmad, Muslim dan Abu Daud,” jelasnya.
Kemudian Ustaz Yusran yang juga wakil ketua Majelis Pakar Parmusi Aceh ini mengatakan puasa ‘Asyura ada tiga tingkatan.
Para ulama menyebutkan puasa ‘Asyura itu ada tiga tingkatan. Tingkatan pertama: Puasa 3 hari yaitu hari kesembilan, kesepuluh dan kesebelas Muharram. Ini yang paling sempurna.
Tingkatan kedua: Puasa hari kesembilan dan kesepuluh Muharram. Dan tingkatan ketiga: Puasa hari kesepuluh Muharram saja,” ujarnya.
Ustaz Yusran menjelaskan hikmah puasa tasu’a dan hari kesebelas Muharram
Para ulama menjelaskan hikmah danjurkan berpuasa ‘asyura bersama dengan sehari sebelumnya (hari kesembilan Muharram) dan sehari sesudahnya (hari kesebelas Muharram), di antaranya yaitu:
“Pertama untuk ihtiyath (kehati-hatian), karena ada kemungkinan kesalahan dalam melihat awal bulan Muharram yaitu hilal bulan Muharram.”
“Kedua: untuk berbeda dengan puasa orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengkhususkan puasa pada hari kesepuluh saja.”
“Ketiga: menyambung puasa bersama hari ‘Asyura sehingga tidak berpuasa ‘Asyura saja sebagaimana puasa pada hari Jum’at saja dilarang kecuali dengan sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya,” pungkasnya. (IA)