Riya dan Sum’ah, Syirik Kecil yang Menghilangkan Pahala Amal Ibadah
Bahkan, para ulama menghukumi dua penyakit hati tersebut dengan syirik kecil. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Riya.” (HR. Ahmad)
Ustaz Afrizal mengutip kitab A’malul Qulub karya Syekh Muhammad Sholeh Al Munajid yang menjelaskan, bahaya dari riya dan sum’ah lengkap dengan dalilnya yaitu ibadahnya tidak diterima, tidak akan masuk surga, tidak mendapat pahala dari ibadah yang dikerjakan, dan menjadi penyebab pelakunya Allah tempatkan di neraka.
Selanjutnya, Syekh Muhammad Shaleh Al Munajid menjelaskan, jalan keluar dari kedua penyakit hati ini dengan selalu menghadirkan keikhlasan dalam beribadah, walaupun hal itu sangat sulit.
Sulitnya menghadirkan ikhlas dalam beribadah diutarakan oleh para ulama seperti pengakuan Sufyan At Tsauri rahimahullah. “Tidak ada sesuatu yang lebih berat bagiku melebihi masalah niatku, karena ia mudah berbolak balik.” (Al Majmu’ Syarhul Muhadzdzab I/17).
Juga pengakuan Abu Yusuf bin Husain rahimahullah, “Sesuatu yang paling susah bagiku di dunia ini adalah keikhlasan, berapa kali aku bersungguh sungguh untuk menghilangkannya dari hatiku, namun seakan-akan dia tumbuh kembali dengan corak yang lain”. (Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam, I/70).
“Meskipun begitu, bukan berarti ikhlas tidak bisa dihadirkan. Bermujahadah, menggerakkan semua daya dan upaya untuk mendapatkannya tetap menjadi keharusan. Bukankah pahala itu sesuai dengan kesusahan dalam beramal,” kata Ustaz Afrizal yang juga Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Ibnu Sina Indrapuri ini.
Syekh Muhammad Shaleh al Munajjid menjelaskan beberapa usaha untuk menghadirkan ikhlas dalam beribadah.
Pertama, yang harus dilakukan adalah senantiasa menghadirkan kebesaran Allah dalam diri, takut terhadap siksaan-Nya dan merasa malu kepada-Nya.
Kedua, berjuang melawan hawa nafsu. Ketiga, muhasabah atau introspeksi diri dengan selalu menanyakan dirinya sebelum, ketika, dan setelah beramal.