“Tidak ada shalat jamaah paling berat bagi orang munafik selain shalat subuh dan Isya, oleh karena itu sifat munafik ini timbul karena yang bermain adalah hati,” kata Prof Muhamamad sambil mengutip sabda Rasulullah.
Beliau juga mengisahkan, dulu ada seorang tokoh munafik bernama Abdullah bin Ubay bin Salul. Abdullah selalu shalat berjamaah di belakang Rasulullah. Pada suatu hari Rasulullah mengatakan sambil menunjuk ke arah Abdullah, bahwa belum ada tanda-tanda Islam pada diri Abdullah, karena Abdullah pernah menuduh Aisyah berselingkuh.
Abdullah dicap oleh Rasulullah sebagai tukang adu domba saat itu di kalangan orang Madinah. Abdullah pula yang menghalangi pasukan perang kaum muslimin untuk tidak ikut berperang bersama Rasulullah. Sehingga para sahabat sepakat untuk membunuh para munafikun ini.
Rupanya anak Abdullah adalah seorang seorang hamba Allah yang ta’at. Akhirnya Rasulullah melarang sahabat dan anaknya Abdullah untuk membunuh Abdullah itu sendiri.
Akan tetapi, lanjut Prof Muhammmad ketika Abdullah bin Ubay meninggal dunia turun ayat At-Taubah yang artinya:
“(Sama saja) engkau berdoa memohon ampunan bagi mereka atau tidak memohonkan ampunan bagi mereka. Walaupun engkau memohonkan ampunan bagi mereka. Walaupun engkau memohonkan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali, Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu karena mereka ingkar (kafir) kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik,” kata Prof Muhammad sambil mengutip ayat At-Taubah ayat 80.
Lalu ada juga ayat Al-Quran yang menyatakan perlakuan terhadap kepada orang munafik ini, yakni surat At-Taubah ayat 84 yang artinya:
“Janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan shalat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik) selama-lamanya dan janganlah engkau berdiri (mendoakan) di atas kuburnya. Sesungguhya mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik”.
“Oleh karenanya, mulai hari ini mari kita hindari sifat munafik ini, karena sifat ini sangat berbahaya sekali, baik munafik laki-laki dan munafik perempuan sama saja, mereka menyuruh kepada yang mungkar dan melarang yang ma’ruf, itulah pekerjaan orang munafik,” ujarnya.