Banda Aceh — Masyarakat khususnya di Provinsi Aceh diharapkan agar dalam menyikapi dan menangani pandemi COVID-19 yang telah mewabah hampir satu tahun ini, melalui pendekatan agama.
Hal tersebut disampaikan Ustadz Dr Tgk Nurkhalis Mukhtar Lc MA (Direktur Dayah Samudera Pasai, Ajuen Jeumpet, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar) saat mengisi
pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Aula Seuramoe Jurnalis Aceh, Kantor PWI Aceh Simpang Lima Banda Aceh, Rabu malam (27/01/2021).
“Menurut saya sikapilah pandemi seperti saat ini melalui pendekatan agama, dan juga harus kita bangun dan bangkitkan kesadaran bahwa identitas ke-Acehan adalah Islam,” katanya.
Ia juga menyarankan agar dilakukan edukasi kebencanaan melalui masjid yang merupakan sentral bagi umat Islam
Lebih lanjut Tgk Nurkhalis menjelaskan bencana seperti pandemi COVID-19 ini juga bisa diartikan sebagai peringatan, agar manusia jangan berpaling dari nikmat Allah, apalagi sampai menganggap kenikmatan itu bukan karena Allah. Dan dibalik bencana itu tentu ada hikmahnya.
Dia menyontohkan bencana tsunami yang memorak-porandakan Aceh pada 2004, dan di balik musibah tersebut pasti ada hikmahnya.
“Hikmah terbesar adalah ketika kita bisa menarik pelajaran dari bencana itu sehingga semakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT,” katanya.
Begitu juga bencana non-alam seperti pandemi COVID-19 yang masih mendera dunia hingga saat ini, tak terkecuali di Aceh itu harus disikapi dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dalam pengajian yang dipandu moderator Dosi Elfian, Tgk Nurkhalis juga menyampaikan dalam Alquran Surat Saba’ ayat 15, Allah SWT menceritakan bagaima makmurnya sebuah negeri bernama Saba’.
Negeri tersebut dianugerahi keunggulan, salah satunya adalah kemampuan mereka membangun sebuah bendungan yang sangat besar dengan kemajuan teknologi pada masanya.
Dengan bendungan tersebut, Yaman menjadi kawasan yang sangat subur dan Allah menghidupkan tanaman dengan buah-buahan yang manis dan hasil alam lainnya yang melimpah.
Tgk Nurkhalis yang juga Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Washliyah Banda Aceh, menjelaskan bahwa Saba’ benar-benar negeri yang sangat makmur, dan dipenuhi dengan nikmat Allah. Saba’ sebagai negeri yang baldatun tayyibatun warabbun ghafur ketika itu.
Dalam Alquran, Allah SWT dengan tegas mengatakan, “Nikmatilah segala kenikmatan yang Aku berikan namun jangan lupa bersyukur.
Namun, apa yang terjadi di negeri Saba’, ternyata mereka berpaling (tidak mengakui nikmat yang mereka nikmati berasal dari Allah).
“Allah menghancurkan negeri Saba’ dengan menurunkan air yang sangat dahsyat hingga bendungan porak-poranda. Semuanya hancur. Buah-buahan yang dulunya manis berubah pahit,” kata Tgk Nurkhalis.
Oleh karenanya, menurutnya, jika mengacu pada kisah penduduk Saba’ yang menghadapi bencana, itu bisa dimaknai sebagai hukuman terhadap ingkarnya suatu kaum terhadap nikmat Allah. (IA)