“Mahasiswa sudah membubarkan diri pada pukul 17.00 WIB. Namun, kita tetap tempatkan personel untuk pengamanan di Gedung DPRA untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan,” ujar Winardy.
Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Joko Krisdiyanto mengatakan, aksi yang dilakukan oleh mahasiswa UIN itu awalnya damai.
“Kami telah memberikan izin untuk 10 orang saja sebagai perwakilan untuk masuk ke dalam gedung, namun mahasiswa tak menerima arahan tersebut, sehingga melakukan serangkaian aksi kericuhan yang menyebabkan robohnya pintu pagar DPRA,” ucap Kombes Pol Joko Krisdiyanto.
Saat massa sudah mulai beringas, dengan melemparkan batu ke arah polisi dan Satpol PP-WH, lalu petugas menyemprotkan air melalui armada water cannon ke arah para pendemo. Massa pun kembali mengamuk serangkaian lemparan batu besar yang telah disiapkannya diarahkan ke petugas.
Polisi pun mencoba membubarkan massa dengan cara melepaskan gas air mata.
“Pada waktu itu, massa melempar terus dengan batu yang telah disiapkan di saku baju almamater UIN Ar-Raniry. Polisi berbaju preman pun melakukan pengejaran terhadap para mahasiswa. Namun sangat disayangkan, sejumlah papan bunga di pingir jalan dibaka oleh mereka. Mereka pun merusak mobil dinas Polresta Banda Aceh dan Satbrimobda Polda Aceh,” tambah Kapolresta.
Dari aksi tersebut, diketahui lima aparat kepolisian mengalami luka – luka di bagian wajah, kaki dan tangan hingga berdarah akibat terkena lemparan batu oleh massa yang melakukan aksi, sehingga perlu dilakukan perawatan oleh tim medis.
Kemudian, para massa dari UIN Ar Raniry Banda Aceh turut membakar enam papan bunga dan merusak 28 papan bunga lainnya milik forum Florist.
“Selain merusak fasilitas negara dan fasilitas umum mereka juga merusak dan membakar barang milik orang lain dalam aksi tersebut,” pungkas Kapolresta. (IA)