Di samping itu, Aminullah juga menyinggung naiknya IPM Banda Aceh tak terlepas dari terus menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran. Angka kemiskinan 2017 7,44 persen, 2018 7,25, dan 2019 tersisa 7,22. Sementara pengangguran pada 2018 tinggal 7,29 persen, turun jauh dari 12 persen pada 2015 silam.
“Ini tak terlepas dari meleknya masyarakat dalam membaca dan memahami hal ini,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran berbanding lurus dengan laju pertumbuhan ekonomi.
“Pertumbuhan ekonomi Banda Aceh naik dari 3,39 pada 2017 menjadi 4,49 persen pada 2018. Pendapatan per kapita juga naik dari Rp 64,2 juta menjadi Rp 66,2 juta per tahun. Kemudian inflasi juga turun dari 4,86 ke 1,93 persen,” katanya.
Sementara Deputi bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Deni Kurniadi mengatakan, pihaknya hadir langsung dalam acara talk show sekaligus meresmikan gedung perpustakaan kepada Kota Banda Aceh.
“Ini menunjukkan pemerintah pusat hadir dalam mengembangkan nilai gemar membaca masyarakat, dan meningkatkan indeks literasi masyarakat di Banda Aceh,” katanya.
Ia menyebutkan semua adalah peran dari eksekutif, legislatif, yudikatif, TNI/Polri dan semua masyarakat dalam meningkatkan nilai gemar membaca dan indeks literasi.
“Dampaknya itu nantinya masyarakat cerdas dan sejahtera lewat program-program pendampingan dari perpustakaan, dan bagaimana menumbuh kembangkan life skill, kewirausahaan, yang bisa berdampak kepada masyarakat. Sehingga masyarakat bisa merasakan sejahtera lewat koreksi yang ada di perpustakaan,” katanya. (IA)