Itulah faktanya. Maka, jika PPP tetap dipimpin Mardiono, tak ada lagi trust dari para kader, terutama caleg-caleg yang akhirnya gagal masuk Senayan itu. Besar kemungkinan, mereka akan pindah dan jadi caleg dari partai lain. Trauma!
Respons publik pun akan negatif jika Mardiono tetap bertahan memimpin PPP. Inilah mengapa para kader PPP ramai-ramai menolak Mardiono. Alasanya? Karena tak ingin PPP gagal lagi.
Sekarang, PPP tak ubahnya seperti PSI, PBB, Partai Ummat, Partai Gelora, Partai Perindo, Partai Hanura, dan partai-partai yang gagal dan tidak lolos ke Senayan.
Kegagalan PPP ke Senayan ini dinilai fatal. Sebab, belum ada sejarah partai yang terlempar dari Senayan itu bisa kembali. Lihat nasib PBB dan Hanura.
PPP butuh wajah baru dan energi baru. Dari sinilah muncul banyak nama yang beredar sebagai calon ketum PPP seperti Dudung Abdurachman, Amran Sulaiman, Anies Baswedan, dan lain-lain.
Jika PPP dipimpin oleh wajah lama, ada keyakinan massal dari kader PPP, atau bahkan dari publik secara umum, bahwa PPP tidak akan bisa lolos lagi ke Senayan. PPP gak akan mampu recovery. Setidaknya, inilah keyakinan yang menyebar hari ini. Ini cara berpikir yang sangat sangat logis!
Justru, jika Mardiono hari ini menyatakan “mundur” dari plt ketum PPP, ini bisa jadi angin segar bagi publik untuk melirik kembali PPP.
Sebaliknya, “tidak mundurnya Mardiono” atas kegagalan PPP akan menambah keyakinan publik bahwa “PPP itu memang nothing”. PPP dianggap “gak ada lagi”. “PPP itu hanya masa lalu”. Seperti Masyumi, Parmusi, PSII, dan PERTI. Seiring berjalannya waktu PPP akan terlupakan dan terkubur oleh sejarah
Infonya: Mardiono akan ngotot maju lagi. Seiring info ini, penolakan para kader di daerah kepada Mardiono semakin masif.
Jelang Muktamar, isu yang muncul adalah: Asal Bukan Mardiono. Nama Mardiono dianggap identik dengan kegagalan PPP. Mardiono dianggap ikon kegagalan PPP. Mardiona dianggap penyebab utama PPP terusir dari Senayan. Tidak ada ketum PPP yang gagal kecuali Mardiono. Inilah alasan kenapa muncul istilah ABM atau Asal Bukan Mardiono.