Belum lagi kendala keterbatasan produksi pada musim kemarau -Agustus hingga Oktober.
“Akibat debit air sungai Krueng Aceh berkurang yang selama ini menjadi sumber air baku WTP Lambaro,” sebutnya lagi seraya berharap kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan air sesuai kebutuhan sehingga tidak mubazir.
Menyikapi kondisi tersebut, Bakri menyebutkan harus ada tindak lanjut secara cepat.
Pihaknya pun mengharapkan dan akan melobi pemerintah pusat melalui kementerian terkait untuk ‘hadir’ dalam bentuk budgeting.
“Sebenarnya dalam kondisi normal, pemko juga harus ada sharing berupa penyertaan modal kepada Perumdam Tirta Daroy.”
Terkait dengan kinerja Perumdam Tirta Daroy sendiri, Bakri menilai sudah bagus dan berupaya maksimal.
“Hanya saja, perlu lebih mengoptimalkan lagi pelayanan kepada masyarakat, karena yang menilai kan masyarakat. Menyangkut pelayanan publik, dari persentase 100, jika ada 10 persen saja yang komplain, kita belum sukses,” ungkapnya.
Hal lainnya, Bakri juga mengungkapkan, masih sedikit perusahaan air minum milik pemerintah daerah di Indonesia yang bisa mendapatkan keuntungan atau profit.
“Kita bersyukur juga Tirta Daroy sudah bisa break event, meningkatkan profit, bahkan menyumbang PAD. Tapi saya menekankan dan ingin Perumdam kita mandiri dulu dan melayani masyarakat dengan optimal,” pungkasnya. (IA)