BANDA ACEH — Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Banda Aceh memeriksa 1.000 lebih warung kopi seluruh Aceh. Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi makanan mengandung bahan berbahaya boraks di warung-warung kopi.
Diungkapkan, tindakan ini dilakukan karena selama ini BPOM mendapati, masih ada yang menjual makanan mengandung boraks di bumi Serambi Mekkah itu.
“Ada beberapa, namun tidak banyak warung kopi yang masih kita temukan produknya menggunakan bahan berbahaya,” kata Kepala BBPOM Banda Aceh Yudi Noviandi di Banda Aceh, Jumat (6/8).
Menurutnya, warung Kopi adalah “rumah kedua” bagi mayoritas masyarakat Aceh yg hampir setiap hari selalu berinteraksi satu sama lain di warung kopi yang juga menjual aneka produk pangan olahan/kemasan maupun siap saji.
Yang menjadi permasalahan adalah, dari ribuan warung kopi di 23 Kabupaten/Kota se-Aceh, yang dikunjungi masyarakat Aceh, belum ada keterangan resmi terkait keamanan pangan dari produk yang dijual, serta belum ada pemeriksaan sarana yg menjamin higenitasnya, serta belum adanya edukasi menyeluruh terhadap pemilik warung kopi dan pengunjungnya.
Sebagai respon atas kondisi tersebut, Balai Besar POM di Banda Aceh berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Aceh, meluncurkan Inovasi Pelayanan Publik Inovasi SANGER UREUNG ACEH yaitu Tribakti (Komunikasi Informasi Edukasi Pangan Aman, Pemeriksaan Sarana, dan Pengujian Bahan Makanan Berbahaya) pada 1.000 Warung Kopi sekaligus secara serentak di 23 Kabupaten/Kota se- Aceh, dengan melibatkan 57 orang kader dan 10 orang pendamping dari unsur masyarakat dan lintas sektor lainnya, dalam waktu yang relatif singkat 5-19 Agustus 2022.
Yudi saat sosialisasi program bernama Inovasi Sanger Ureung Aceh mengungkapkan, ada empat bahan berbahaya pada makanan yang lazim digunakan masyarakat. Keempatnya adalah metani yellow, rodhamin B, formalin dan boraks.
Di saat sama, dia mengungkapkan juga, pihaknya masih menemukan kopi saset yang dijual di daerah itu mengandung bahan berbahaya berupa obat-obatan.