Diduga Terjerat Hutang pada Rentenir, Seorang Pemuda di Sigli Tewas Gantung Diri
SIGLI — Muhammad Adam Bin A Wahab (36), warga Gampong Pasi Rawa, Kecamatan Kota Sigli, Kabupaten Pidie ditemukan tewas gantung diri di ruang tamu rumahnya, Sabtu (2/10) pagi sekitar pukul 06.30 WIB.
Kapolres Pidie AKBP Padli SH melalui Kasat Reskrim Iptu Muhammad Rizal, Sabtu (2/10) mengatakan, korban ditemukan oleh tiga warga gampong setempat yakni Rasadan (60), Yusnaini (49) dan Saiful (40) dalam kondisi tidak bernyawa lagi dengan kondisi tergantung pada kayu plafon rumah ruang tamu.
Menurut Muhammad Rizal dari hasil di Tempat Kejadian Perkara (TKP) pada jasad M Adam didapati tangan dalam kondisi cekang. Selain itu juga lidah korban dalam keadaan tergigit serta tidak ditemukan tanda tanda kekerasan.
“Dari hasil keterangan awal dari saksi di TKP, Yusnaini serta dua kerabat korban, (Rasadan dan Saipul) menemukan korban dalam keadaan gantung diri di ruang tamu rumah korban. Di leher korban terlihat tali marlin berukuran 3 milimeter dengan panjang 3 meter serta kursi plastik,” ungkap Kasat Reskrim.
Peristiwa miris itu diketahui oleh
Yusnaini (49 tahun), warga Gampong Blok Sawah, Kecamatan Kota Sigli, Pidie, saat tiba di rumah korban.
Yusnaini awalnya mengendarai sepeda motor menuju ke Gampong Pasi Rawa, Kecamatan Kota Sigli, Sabtu (2/10) sekitar pukul 06.20 WIB. Jarak tempuh dari rumahnya di Gampong Blok Sawah ke Gampong Pasi Rawa sekitar 2,6 kilometer.
Ia hendak menemui Muhammad Adam (36 tahun), suami adiknya, agar M Adam menggantikan istrinya, Aida Fatia (35 tahun), yang semalaman menjaga anaknya, MI (6 tahun), yang sedang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Kota Sigli.
Setibanya di rumah berukuran 6 x 6 meter berkonstruksi kayu itu sekitar 10 menit kemudian, Yusnaini memanggil nama Muhammad Adam berkali-kali. Ia menyibak kain jendela pintu depan menggunakan sisir yang tergeletak di teras rumah itu. Apa yang ia temukan membuatnya terkejut.
Yusnaini melihat kaki M Adam terjuntai. Tali melilit lehernya. “Saya kemudian berlari ke rumah tetangga terdekat untuk meminta tolong,” kata Yusnaini.
Dua kerabat M Adam, yang juga tetangganya, Rasadan dan Saiful, mendobrak pintu rumah lalu menurunkan M Adam.
Polisi tiba di lokasi beberapa waktu kemudian. Setelah melakukan olah TKP, polisi menemukan tali marlin kuning yang berukuran 3 mm dengan panjang 3 meter. Ditemukan pula alat bantu berupa kursi plastik merek napoli berwarna hijau dan tinggi lantai dengan kayu gantungan plafon 3 meter.
Aida menjelaskan bahwa perangai suaminya sejak kemarin sudah agak janggal.
“Kemarin sore anak kami masuk ke rumah sakit karena demam. Suami saya pulang ke rumah dari rumah sakit pukul 18.00 WIB, lalu ia kembali lagi ke rumah sakit pukul 19.30 WIB,” kata Aida.
“Saat kembali ke rumah sakit, suami saya menceritakan bahwa ada seseorang yang datang ke rumah untuk menagih hutang.”
Dugaan awal, Adam mengakhiri hidupnya karena terjerat hutang pada seorang rentenir yang beralamat di Gampong Benteng, Kecamatan Kota Sigli, Pidie. Hal tersebut terungkap di dalam sepucuk surat dalam bahasa Aceh dan ada bercak darah yang ditemukan istrinya, Aida Fatia.
Isi surat itu korban memohon pengampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosanya atas segala perbuatannya. Korban juga meminta maaf kepada istri dan anaknya serta pihak keluarga. Korban nekat bunuh diri diduga karena terlilit utang dengan rentenir.
Begini isi surat dalam bahasa Aceh yang ditemukan dalam kantong celana korban.
“Ya Allah ampunilah dosa-dosa loen, mungken yang loen pubut nyoe salah karena nyoe keuh salah saboh jalan yang get bagi loen, akhiri hidup loen, han ek loen tanggong utang bak rentenir. Ya Allah dron yang lebeh teupu kiban nasib loen, yang loen pubut dosa rayeuk atawa matee kafe tapi loen mohon bak droneuh ya Allah ya Rabbi dan bagi aneuk dan purumoh loen, ayah lakee meuah beurayek that bak awakah ban lhee.
Bagi ureung-ureng yang na di pasi lon lakee meuah mungken na tutu bahasa yang loen marid meusinggong perasaan ureung droe loen lakee meuah chit dan masalah utang piutang ubet atawa rayek meunyoe jeut neu peumeuah, neupeumeuah.
Lom mohon bak keluarga besar loen lakee meuah chit mungken aib yang loen tinggai keu awak droe keuh manndum. Tolong bek sagai peusalah ureung inong loen.” (IA)