BANDA ACEH — Dalam rangka Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah, warga Pengadilan Tinggi (PT) Banda Aceh selain melakukan pembagian 240 paket daging kurban kepada kaum duafa, juga mengadakan acara masak dan makan bersama dengan menu utama kuah beulangong.
Kuah beulangöng atau sering disebut juga dengan gulèe sie kamèng, adalah masakan khas Aceh, utamanya Aceh Besar, yaitu sejenis gulai berbahan baku utama daging kambing atau sapi yang ditambahi nangka muda.
Setelah diaduk dengan aneka ragam bumbu rempah-rempah, termasuk cabe, bawang, serai dan lain-lain lalu dimasak dalam belanga besar (beulangong) dengan menggunakan kayu.
“Cara memasaknya cukup sederhana. Meskipun bahan yang digunakan tampak banyak. Tetapi tak memerlukan keahlian khusus untuk memasak kuah ini. Jika bumbu sudah diaduk, silakan semua kita berpartisipasi untuk memasaknya dengan menggunakan alat pengaduk ini,” ujar, Ridwan, selaku chef kali ini, yang sehari-hari menjabat sebagai Panitera Muda Perdata.
Dalam memasak dan mengaduk-aduk kuah beulangong turut terlibat beberapa Hakim Tinggi.
“Kalau sudah diaduk seperti ini, saya juga bisa memasaknya…hehehee,” canda Sifa Urrosidin, Hakim Tinggi PT Banda Aceh yang berasal dari Jawa Timur, Selasa (12/7).
Tak mau ketinggalan kesempatan. Haji Makaroda, Hakim Tinggi yang juga putra NTB juga ikut membantu memasak kuah beulangong bersama Taqwaddin, Hakim Tinggi Ad Hoc Tipikor.
Para hakim tinggi, panitera dan kesekretariatan membaur bersama tanpa jarak dalam memasak kuah beulangong.
“Semua gembira dan bahagia dengan kebersamaan seperti ini,” ujar Ainal Mardhiah, Hakim Tinggi yang juga mantan Ketua Pengadilan Negeri Banda Aceh.
Santap bersama ini dihadiri Ketua PT Banda Aceh Dr Gusrizal, Wakil KPT, para Hakim Tinggi, Panitera, para PNS dan honorer. Dalam acara makan bersama kuah beulangong turut dihadiri ibu-ibu Dharmayukti Karini, dokter dan petugas Kesehatan pada PT Banda Aceh.
“Tradisi seperti ini bagus dikembangkan untuk membina kekompakan dan semangat kebersamaan.
Bagi saya yang bukan orang Aceh, kuah beulangong bukan hanya sebagai simbol makanan enak yang mengenyangkan, tetapi lebih dari itu, masakan ini bisa menjadi simbol kekompakan kita.