Juragan Sandal Gatal Injak Tanah Ganyang
Diam-diam, sang juragan menyusun siasat. Didorong oleh keyakinan pribadi, dibalut narasi hak waris, ia diduga menggerakkan jejaring tak kasat mata untuk menggoyang status hukum.
Ia mencoba membuka kembali pintu yang telah lama dikunci sejarah, dengan kunci baru yang dipoles dengan pengaruh dan uang.
Ini bukan sekadar sengketa aset. Ini adalah konspirasi halus yang mencoba memahat ulang sejarah dengan pisau tipis, memotong akar keputusan negara secara diam-diam, dan menanamkan bibit preseden yang bisa tumbuh jadi huru-hara jika dibiarkan.
Sejarah bangsa bukan kitab yang bisa dicoret seenaknya. Ketika negara telah menyatakan putus, maka tak boleh ada tangan yang nekat menyambungnya kembali, terutama jika sambungan itu hanya didorong oleh hasrat akan kepemilikan.
Kita, sebagai bangsa yang pernah terluka oleh pengkhianatan, tak boleh lemah terhadap upaya-upaya licik yang ingin membuka kembali luka lama.
Pemerintah daerah harus berdiri tegak, tak bergeming di hadapan uang, nama besar, atau narasi yang disulam indah.
Penegak hukum pun harus menatap tajam. Jangan biarkan ruang abu-abu menjadi tempat konspirasi tumbuh subur.
Jangan biarkan sejarah dipijak oleh sandal-sandal rakus yang hendak menjajakan kepentingannya di atas penderitaan dan keputusan masa lalu. Negara tak boleh alpa.
Republik ini dibangun dengan darah dan luka, bukan untuk digerus oleh mereka yang ingin menukar keputusan negara dengan modal pribadi.
“Sandal boleh tetap menyentuh tanah, tapi jangan pernah menginjak tapal batas sejarah yang telah diganyang demi Republik”
Catatan Penulis:
Tulisan ini adalah opini imajinatif penulis, dibangun atas kerangka sejarah dan fenomena sosial yang hidup dalam ingatan kolektif bangsa.
Nama tokoh, tempat, atau peristiwa dalam tulisan ini tidak merujuk secara langsung pada individu atau lokasi tertentu. Bila terdapat kesamaan nama, lokasi, atau peristiwa dengan kenyataan, maka hal itu adalah murni kebetulan semata, tanpa maksud menyerang pihak mana pun.
*Penulis adalah Penasihat Persatuan Wartawan Indonesia Kota Sabang