BANDA ACEH – Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Drs Yudian Wahyudi MA PhD memberikan kuliah umum kebangsaan dengan tema “Pancasila Sebagai Pondasi Generasi Unggul dan Indonesia Maju” kepada Civitas Akademika Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.
Kegiatan tersebut dibuka oleh Rektor USK Prof Dr Ir Marwan IPU di Gedung AAC Dayan Dawood Darussalam, Banda Aceh, Senin (14/3).
Prof Marwan menyampaikan terima kasih atas kesediaan Prof Yudian Wahyudi yang telah bersedia datang ke USK untuk mengisi kuliah umum ini. Prof Marwan menilai, kuliah umum ini sangat penting untuk membuka wawasan terkait pentingnya Pancasila sebagai pondasi bangsa, untuk mewujudkan generasi unggul.
Sebab saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan, yang yang tak kunjung usai, dan mengusik kehidupan berbangsa kita. Mulai perilaku korupsi, sikap intoleransi, kekerasan di lingkungan pendidikan, krisis identitas, budaya kurang santun dalam mengungkapkan perbedaan pendapat, serta sikap-sikap di luar norma lainnya yang terjadi di dalam masyarakat.
Jika tidak ada upaya untuk meredamnya, ungkap Prof Marwan, maka bukan tidak mungkin semua persoalan tersebut akan terus terjadi di masa mendatang.
“Oleh karena itu, menghidupkan kembali karakter setiap insan Indonesia sesuai nilai-nilai Pancasila, merupakan jalan terbaik mengubah Indonesia menjadi bangsa yang maju, dengan SDM yang lebih unggul,” ucapnya.
Pada kesempatan ini, Prof Yudian Wahyudi menjelaskan tentang Salam Pancasila serta maknanya.
Selanjutnya ia mengungkapkan, ada 10 rekor dunia yang berhasil ditorehkan oleh umat Islam Indonesia. Di antaranya, setelah Indonesia merdeka maka saat itu Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia dan dunia.
Lalu, pada akhir perang dunia pertama banyak negara Islam yang hancur. Namun Indonesia, yang telah dijajah lebih dari 400 tahun tiba-tiba menjadi bangsa yang besar dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia.
Rekor lainnya, belum pernah terjadi dalam sejarah kekuasaan betapa ikhlasnya para raja di nusantara untuk menyerahkan kekuasaannya kepada sebuah negara. Namun sejarah seperti itu terjadi di Indonesia.