Ketua DKP PWI Aceh Tarmilin Usman berharap semua elemen termasuk kepala sekolah terus menjaga hubungan baik dengan wartawan dengan cara melayani wawancara atau konfirmasi.
“Jangan takut kepada wartawan. Dari organisasi manapun kalau dia wartawan harus dilayani. Kalau tidak dilayani, nanti yang rugi narasumber itu sendiri,” ujar Tarmilin.
Praktisi Pers Indonesia asal Sumatra Utara, Muhammad Syahrir, memberikan pemahaman kepada para peserta kegiatan itu tentang kehadiran pers di tengah-tengah masyarakat saat ini. Dia memberikan gambaran seperti apa wartawan yang sepatutnya dilayani atau tidak.
“Kita semua perlu memahami betul bagaimana tugas wartawan itu yang sebenarnya. Jangan sampai kita membenci kepada wartawan akibat perbuatan oknum tertentu. Karena pekerja pers dalam menjalankan tugasnya untuk menghasilkan karya jurnalistik diatur dalam Undang-Undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik,” tutur Syahrir.
Ketua PWI Aceh Utara-Lhokseumawe, Sayuti Achmad, mengatakan kegiatan ini untuk memberikan pemahaman kepada para kepala sekolah tentang Kode Etik Jurnalistik (KEJ) yang harus ditaati para wartawan dalam menghasilkan karya jurnalistik. Sehingga, kata Sayuti, para kepala sekolah dapat memahami bagaimana menghadapi wartawan yang melakukan wawancara atau konfirmasi.
“Kegiatan ini merupakan sebuah edukasi yang sangat bernilai untuk disampaikan agar semua pihak mengetahui bagaimana kerja wartawan dan seperti apa kode etiknya. Kita berharap semua mitra kerja agar lebih cerdas menghadapi wartawan di lapangan,” ujar Sayuti.
Sayuti mengucapkan terima kasih kepada semua tamu undangan yang telah menghadiri Diklat dan Sosialisasi KEJ tersebut. (IA)