Banda Aceh, Infoaceh.net — Panggung sudah berdiri, kru sudah bekerja, dan tiket sudah terjual. Namun dua hari sebelum hari H, Lapangan Memanah Stadion Harapan Bangsa Lhong Raya Banda Aceh tiba-tiba dikunci. Tanpa surat, tanpa alasan resmi.
Rencana konser musik bertajuk Panggung Sumpah Pemuda 2025 yang menghadirkan grup Slank, D’Masiv, dan Rafly Kande resmi batal digelar di Banda Aceh, Sabtu sore (25/10/2025).
Acara yang sedianya berlangsung di Lapangan Memanah Stadion Harapan Bangsa itu dibatalkan setelah lokasi kegiatan dikunci secara sepihak oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh, dua hari sebelum pelaksanaan.
Koordinator acara, Fitri Syafruddin, menyebut kegiatan tersebut telah melalui seluruh prosedur resmi. Surat izin penggunaan lapangan dari Dispora Aceh bahkan telah dikantongi sejak jauh hari.
“Semua izin sudah kami kantongi. Semua prosedur sudah kami tempuh. Semua instansi sudah memberi restu,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (25/10/2025).
Namun, Fitri mengatakan dua hari sebelum konser, lokasi acara tiba-tiba ditutup tanpa pemberitahuan resmi.
“Lapangan yang sudah kami bangun dikunci. Tanpa pemberitahuan resmi, tanpa dasar hukum yang jelas,” ungkapnya.
Fitri menuturkan, panggung utama sebenarnya sudah berdiri, kru sudah bekerja, dan tiket konser sudah terjual. Namun akses ke lokasi justru ditutup mendadak.
“Kenyataan di lapangan berkata lain: akses ditutup, seolah kerja keras ratusan anak muda tidak berarti apa-apa,” katanya.
Meski kecewa, panitia memilih menunda acara demi menjaga situasi tetap kondusif.
“Kami memilih diam bukan karena lemah, tapi karena kami tahu, kebenaran tidak perlu dibentak, cukup ditunjukkan dengan bukti,” tambahnya.
Fitri juga menyebut panitia memiliki seluruh dokumen pendukung resmi, mulai dari surat izin Dispora Aceh, perjanjian kerja sama tertulis, hingga bukti transfer retribusi yang diarahkan ke rekening dinas.
“Kami tidak menyalahkan siapa pun. Kami hanya menolak untuk diperlakukan tidak adil,” ujarnya.
Event konsultan sekaligus penyelenggara kegiatan, Steffy Burase, mengungkapkan pihaknya juga menerima ancaman dari organisasi masyarakat (ormas) dua minggu sebelum konser. Ancaman itu berisi tuntutan agar panitia memenuhi sejumlah syarat agar acara tidak diganggu.
“Sejak dua minggu sebelumnya saya sudah mendapat ancaman. Kalau tidak melakukan beberapa hal, akan ada ormas yang datang mengacau acara ini. Itu fakta,” kata Steffy di Banda Aceh.
Ia menyebutkan, panitia akhirnya memutuskan menunda konser setelah melakukan koordinasi dengan pihak keamanan, sponsor, dan para artis.
“Kami baru menjadwal ulang tiket artis jam empat pagi tadi, setelah memastikan acara tidak bisa dilanjutkan. Kami juga sudah menyampaikan pemberitahuan kepada Bapak Kapolda yang sedianya membuka acara,” ucapnya.
Tidak Akan Gugat Dispora
Meski mengalami kerugian besar secara materiil, Steffy menegaskan pihaknya tidak akan membawa persoalan ini ke ranah hukum. Ia menilai sanksi moral dan transparansi publik lebih penting.
“Bagi kami, cukup masyarakat tahu apa yang sebenarnya terjadi. Percuma kalau dikasuskan, hanya menghabiskan energi,” katanya.
Steffy juga menegaskan keputusan membatalkan keberangkatan Slank dan D’Masiv ke Banda Aceh diambil demi menjaga nama baik Aceh dan keamanan para artis.
“Kami tidak ingin para artis datang dan melihat situasi seperti ini. Lebih baik ditunda sampai ada kepastian dan rasa aman bagi semua,” ujarnya.
Dalam pernyataan penutupnya, panitia menegaskan bahwa penundaan konser dilakukan demi menjaga marwah dan keselamatan semua pihak.
“Demi menjaga marwah, keselamatan, dan kehormatan semua pihak, Panggung Sumpah Pemuda 2025 kami tunda,” tulis panitia dalam pernyataannya.
Mereka berjanji akan kembali menggelar konser tersebut dengan semangat baru.
“Kami akan kembali dengan semangat yang lebih besar, dan dengan dukungan kalian yang percaya bahwa kebenaran tidak bisa dikunci,” demikian pernyataan resmi panitia.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak Dispora Aceh belum memberikan keterangan resmi terkait pencabutan izin dan penguncian lokasi konser.
Sementara itu, sejumlah komunitas musik dan aktivis muda di Banda Aceh menyayangkan keputusan mendadak tersebut, menilai kegiatan itu seharusnya menjadi ajang positif bagi generasi muda dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda.



